Tentu kita sudah mendengar ribuan kali kalimat "stick with your strategy".... namun kita jarang mendapatkan kalimat "time to change your strategy". Hmm.... haruskah kita mengganti strategy kita ??
System trading strategy dibangun diatas sebuah persepsi akan kondisi market tertentu dengan alat bantu tertentu pula yang kemudian dirangkai dengan "ubo rampe" money management , entry-exit strategy dan lainnya. Karena merupakan hasil akomodasi kondisi market tertentu maka ada kalanya system trading itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Lalu perlukah kita segera mengganti system trading kita ? Ataukah menunggu drawdown yang ke 2 ataukah...
Sebuah system strategy yang baik tentulah yang mampu mengakomodir banyak kondisi di market namun dikarenakan system strategy trading membutuhkan banyak filter agar tidak terjadi kebiasan maka mau tidak mau ada kalanya dimana system strategy yang kita gunakan tidak mampu mengakomodir kondisi perubahan pasar.
Banyak para ahli yang menyarankan ketika system trading strategy kita tidak mampu mengakomodir maka sudah waktunya kita untuk berhenti sejenak , atau mengganti pairs yang masih bisa di akomodir dan jika tidak ditemukan yang cocok maka sudah saatnya kita mengganti system trading kita.
Pertanyaannya , perlukah kita mengganti system trading kita?
Hmm... aku pribadi setuju , sebab habit dari kondisi market senantiasa berubah-ubah dan kita tidak bisa berdiam diri sambil menunggu saat yang tepat. Lebih baik kita dari awal menyiapkan berbagai rangkaian system trading strategy, yang sudah kita perkirakan mampu bekerja ketika kondisi pasar tidak dapat diakomodir oleh system trading strategy yang kita handalkan.
Semua itu adalah hukum logis dalam bertrading , system yang baik , ketat dan keluar dari kebiasan akan ada masanya tidak mampu mengakomodir kondisi pasar karena terikat oleh hukum dari filter yang kita gunakan. Dan ada baiknya jika hal ini kita antisipasi , sebab trader adalah masalah waktu....... kita berhenti namun kewajiban tidak sedangkan target selalu membayangi. hiks
Senin, 28 Juli 2008
Saatnya berganti strategy baru....
Adaptasi.....
Hmm.... kata "adaptasi" memiliki makna bagaimana kita menghadapi kenyataan yang baru di luar dari konsep kenyataan yang ada dalam batin kita. Dan seorang yang kurang lentur secara kepribadian kemungkinan besar akan mengalami hambatan dalam masalah ini.
Kehidupan seorang trader penuh dengan dinamika adaptasi maka seorang trader seharusnya lambat laun mampu membentuk mental-mental yang lentur dan sigap dalam menyikapi perubahan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kesabaran... dimana kita banyak belajar akan kesabaran dari market dan dunia trading.
Sikap adaptasi ini menurutku akan sangat mempengaruhi paradigma seorang trader yang otomatis akan mempengaruhi bagaimana dia berinteraksi. Dan ini akan berlanjut ke pola bagaimana dia akan menyikapi apa yang ada di depannya , system trading strategy , cara menganalisa , penggunaan Stoploss dan lainnya.
Dunia forex yang dinamis tentunya memiliki banyak perubahan yang terjadi dalam hitungan detik dan sikap beradaptasi adalah salah satu hal yang penting bagi seorang trader. Hal ini bukan berarti seorang yang lebih susah beradaptasi akan kesulitan untuk menjadi seorang trader sebab kedinamisan dalam dunia trading ini mampu menerima orang yang kaku maupun yang keras kepala sekalipun.
Menurut pengalamanku , mereka yang memiliki sifat yang cenderung keras dan kaku lebih suka ke tipe-tipe strategy yang sifatnya "kaku" pula... penggunaan stoploss dan target secara ketat , tidak suka mencoba-coba dan berekplorasi meski terus mencari yang terbaik dan benci scalping!! Yup... mereka benci scalping yang menurut mereka adalah cara trading yang tidak masuk akal dan membuat dirinya susah.
Jika kita suka mengekplorasi analisa chart ( teknikal analisa ) dari berbagai time frame maka kita akan menemukan banyak persepsi berdasarkan time frame mulai dari persepsi time frame tunggal hingga persepsi yang terbentuk dari berbagai beberapa time frame. Dan persepsi itu dapat saja berubah dalam waktu dekat baik itu dalam hitungan menit maupun jam... dan karena strategy trading base on time frame maka sudah sewajarnya jika sikap adaptasi itu penting kita gunakan meski kita sudah mengamankan capital kita dengan stoploss sekalipun.
Sikap adaptasi adalah bentuk sikap memahami market lebih baik dan Average , doubling , locking , hedge serta teknik-teknik penyelamatan capital lainnya sesungguhnya adalah bentuk-bentuk sikap bagaimana trader beradaptasi termasuk penggunaan stoploss. Namun masih banyak yang salah memahami dimana penggunaan teknik-teknik penyelamatan digunakan diluar konsep sikap adaptasi. Dan pelaku intraday seringkali beranggapan bahwa pemain middle ataupun long term adalah trader yang selalu terlambat dalam beradaptasi.
peace
Belajar dari Long term + Mid term strategy trading........
Berurusan dengan masalah long term trading adalah berurusan dengan hal yang paling menyenangkan selain less emotional problems juga menuntut kita well money management serta tidak butuh banyak waktu untuk mengawasinya. Cukup sehari sekali atau malah seminggu sekali malah..........
Bagi pemain intraday hal ini jelas bukan sebuah kesenangan dimana mereka harus berdiam diri menunggu dan menunggu... padahal jelas menunggu adalah hal yang membosankan. Namun sesungguhnya banyak hal yang bisa dipelajari oleh trader intraday dari trading ala long term. Tidak saja bagaimana menangkap "Big Picture" dari kondisi market melainkan juga perjalanan harga.
Price cycle sangat mudah di amati di time frame yang lebih besar , dari sana bentuk grafik pergerakan harga lebih rapi dan teratur sehingga mudah untuk di identifikasi. Dengan bantuan fundamental yang lebih lunak maka arah pergerakan harga akan lebih mudah dibaca... tentunya kembali ke pemahaman nilai sebuah harga apakah sudah murah ataukah masih terlalu mahal.
Pemahaman long-term ini memberikan kita informasi yang tepat untuk mengelola tendensi market dalam intraday yang cenderung noise serta membutuhkan pengamatan dan kehati-hatian yang super cermat. Dari tendensi ini setidaknya memberikan kita clue yang baik tentang kemungkinan terbaik dalam menentukan entry di intraday trading kita.
Dari sini pula banyak teman-teman trader menciptakan startegy trading tanpa stoploss tentu dengan segi pengamanannya mereka masing-masing ......... dan menurut pendapat pribadiku apapun jenis system trading intraday yang digunakan sebaiknya menggunakan asumsi dari baik long maupun mid term demi dan untuk trading yang lebih bagus.
Untuk inilah kenapa trader selalu dianjur menggunakan multi timeframe untuk menangkap persepsi pasar dengan lebih baik meski sesungguhnya pemain intraday-pun sudah melakukan namun kebanyakan intraday trader berhenti di time frame 1 H atau 4 H padahal jika saja intraday trader mau lebih membaca time frame ala mid maupun long term maka picture yang didapatkannya akan lebih lengkap lagi........ setidaknya itu yang berlaku bagi diriku.
Senin, 21 Juli 2008
Be a Trader and a businessman....
Mungkin label menjadi seorang trader lebih di senangi dibanding label seorang bisnisman bagi mereka yang terjun di dunia forex. Banyak alasan yang bisa kita utarakan sambil ber"meong"-ria namun dari banyak pendapat dan alasan ada ada satu hal yang menarik untuk kita cermati bagi mereka yang lebih senang disebut sebagai bisnisman.
Hmm... mungkin anda akan sejenak berpikir apa yang menarik dengan label bisnisman bagi seorang trader? Menurutku hal ini wajib untuk dijadikan paradigma awal seseorang sebelum terjun dalam dunia forex ; " Kita tidak sekedar trader melainkan bisnisman".
Yup , paradigma itu penting sebab paradigma tersebut akan menuntut kita memikirkan banyak hal yang berkaitan dalam bisnis di dunia trader. Tidak saja hal-hal yang berkaitan dengan kalkulasi keuntungan melainkan juga psykologi dalam berbisnis. Seorang bisnisman akan selalu melangkah dengan hati-hati , membuat perencanaan yang matang tidak sekedar open trade dan yang penting untung. Sebab dunia trader butuh memahami banyak hal selain kemampuan bertransaksi.
Bagaimana mencari product yang terbaik adalah salah satu sifat wajib seorang bisnisman , tidak sekedar membeli dan berharap untung ketika di jual melainkan melalui serangkaian HIGH analisa. Seorang trader bisnisman akan memperlakukan open tradenya sebagaimana dia membeli produk secara real , zero mistake tolerance.
Kesabaran adalah salah satu sikap yang wajib dimiliki seorang trader bisnisman dan hal ini sudah banyak menjadi pokok pembahasan di forum-forum , mailing list dan ebooks yang bertebaran di net. Namun seringkali semua itu sekedar slogan dan implementasinya berbeda jauh....
Semua itu karena seorang trader tidak disertai paradigma seorang bisnisman , dengan memiliki paradigma bahwa trade adalah bisnis dan dirinya sendiri adalah bisnisman di bidang forex maka seorang trader di tuntut mempersiapkan banyak hal yang justru bukan berkaitan dengan hal hal tetek bengek perkantoran , karyawan , remunerasi , transportasi dan lainnya. Melainkan hal-hal seperti paper trading plan , evaluasi transaksi , monitoring transaksi , bug monitoring dan masih banyak lagi hal-hal yang diperlukan untuk menjaga diri kita sendiri dalam hal konsistensi dan well managed transaksi.
Tidak saja memonitor perkembangan market dan isue-isue sensitif yang berkembang melainkan juga perlunya mekanisme untuk mengontrol diri agar tetap pada track-nya meski berhari-hari tidak melakukan transaksi karena memang kondisional market tidak sedang dalam keadaan match dengan target profit probabiltas tertinggi yang di tetapkan dalam aturan system trading strategynya.
Terlebih semua itu lebih banyak dilakukan seorang diri.......... syukur-syukur kalo kita sudah memiliki team untuk saling berbagi dan menjaga agar masing-masing dalam track. Tau sendiri kalo sudah addictive ama apa yang di sebut "click" new order.....
Arti sebuah harga.....
Ketika seseorang menganalisa secara teknikal maka sebenarnya secara tidak langsung telah meniadakan pemahaman sebuah harga , sebab yang lebih dicermati hanyalah apakah harga akan menembus resistensi atau support. Akankah harga menuju ke fibo sekian , akankah harga tetap berada di RSI 80 ataukah 20 dan masih banyak lagi parameter yang digunakan teknikal trader dalam menganalisa market.
Secara tidak disadari hal ini akan menafikan satu hal yaitu pemahaman market bahwa harga sudah terlalu tinggi maupun rendah yang lebih dipahami dalam konsep fundamental. Mungkin tidak semua teknikal sih tapi sebagian besar aku yakin begitu.
Yang ada dalam benaknya hanyalah kapan breakout , membentuk trend mengalami retrace atau reversal dan bagaimana memanfaatkan potensi chart pattern yang ada. Dan sebagian besar lebih senang bermain di intraday dan hal ini adalah hukum alam karena pola pemikiran yang melandasi transaksinya adalah formasi pattern baik secara indicator maupun chart pattern.
Tidak ada yang salah dalam teknikal analis seperti tersebut namun saya kira ada baiknya jika kita setidaknya memiliki view bahwa harga adalah sebuah nilai dimana dalam forex merupakan harga dari sebuah pairs adalah nilai yang diterima oleh market berdasarkan kekuatan dan kestabilan ekonomi sebuah negara.
Seringkali realitas ini dilupakan padahal dari realitas inilah kita bisa mengukur kapan harga dianggap terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dengan memahami hal ini akan banyak menolong kita menganalisa kemungkinan harga akan menembus batas resistensi atau tidak terlebih bagi mereka yang suka bermain middle term.
Bagaimana dengan analisa anda?
Jumat, 11 Juli 2008
Ebooks hasil browsing di net .....
Hasil jalan-jalan di net , link ebooks aku kumpulin sapa tau ada yang butuh.....
http://downloads-kunfx.blogspot.com/
Selasa, 08 Juli 2008
History of Forex Trading
Most major currencies were backed by gold during the nineteenth century, which encouraged economic stability and international trade among the various nations. Although this gold exchange standard prevented rulers from debasing their currencies to trigger inflation, it did promote cycles of boom and bust through imports and exports until World War I severely curtailed the flow of goods across international borders.
After the war, the foreign exchange market grew rapidly through the 1920s until curtailed by the Great Depression. The 1929 stock market crash devalued the U.S. dollar, a blow from which it did not recover until it was revitalized by the enormous economic boom of the Second World War.
In 1944, a multinational economic conference in New Hampshire drafted and signed an agreement known as the Bretton Woods Accord. Intended to create a stable post-war market for economic recovery, the Accord established the International Monetary Fund (IMF). It also pegged the value of most major currencies to the U.S. dollar with only a narrow margin for fluctuations, and the dollar itself was pegged to the gold standard at the price of $35 per ounce.
The Accord worked well for years, although the growth of international trade strained the agreement several times. But in 1971 severe currency fluctuations led to the Smithsonian Agreement, which allowed for greater variation among the world’s currencies.
The reprieve was short-lived. In 1973, U.S. President Richard Nixon abandoned the gold standard as no longer workable. Pegged currency standards collapsed beneath market pressure, and currency values were determined by the traditional market forces of supply and demand.
With deregulation, the forex market grew rapidly both in volume and in volatility. The free-floating system of currency values was officially adopted in 1978, although some smaller countries continue to this day to peg their currencies to that of their nearest large trading neighbour. Semi-pegged currencies were abandoned with the European Monetary System in 1993, following the Bank of England’s dramatic but doomed attempt to support the pound against foreign currency speculators.
By the 1980s approximately U.S. $70 billion per day were being traded on the foreign currency market. But increased usage of technology and the explosion of the Internet led to trading across time zones and around the globe, and the market grew further, attracting the attention of even more speculators, including banks, hedge funds, major companies, and well-heeled individual investors.
In 2000, the U.S. Congress passed the Commodity Futures Modernization Act, which created the retail forex market and brought currency trading within the reach of the average investor. Many other nations have followed suit.
The forex market has continued to grow, with roughly U.S. $1.5 trillion traded on the average day. Of these trades, almost half were executed electronically, although many large institutions, such as banks and major corporations, continue to do their trading via telephone.
By volume of trades, the AUD/USD is the fourth most traded currency pair globally, and all trades involving the Australian dollar averaged U.S. $103 billion per day in 2004, double the amount of 2001. The Australian forex market is the world’s seventh largest, behind the United Kingdom, the United States, Japan, Singapore, Germany, and Hong Kong.
source : http://forextradings.com.au
Holy grail the series.... ( part I )
Ada seorang teman yang bertemu aku meski lewat YM terlihat bahagia sekali......., dia menceritakan banyak hal tentang perkembangan forexnya dan salah satunya adalah bahwa dia mengaku sudah menemukan holy grail!!
Emang gak cuman dia yang terus mengejar namun juga aku atau mungkin hampir sebagian besar atau seluruhnya malah para trader dunia terus mencari. Sebagian diantaranya masih setia mencari , sisanya menyerah dan beranggapan bahwa haly grail adalah inilah...atau itulah...
atau bahkan malah tidak mempercayainya.
Yang menarik dari persepsi holy grail versinya adalah bahwa kita sudah menemukan holy grail jika sudah mampu menarik duit orang lain untuk kita putar di forex. Other's people money... hmm sebuah kalimat yang sangat berkesan dibawah sadarku dan entah berapa banyak sudah aku bertemu orang yang memiliki pemahaman akan hal ini.
Tidak hanya mereka yang belum sukses namun juga mereka yang sudah super sukses masih memahami pola seperti ini!! Mereka memutarkan perusahaannya dari hutang bahan baku para supplyer-nya dan sisanya dipinjam dari bank sementara modalnya dulu sudah masuk ke rekening lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Menurutnya , holy grail adalah bisnis dari dunia forex itu sendiri menjadi broker dengan memanage account orang lain atau menjadi interative broker. Sebesar apapun client rugi broker masih tetap untung , makanya banyak juga yang nekad open posisi meski market lagi gak jelas demi target komisi. Apalagi kalau client untung terus....
Dan pada perkembangannya bisa membuat seminar-seminar tentang forex atau dunia investasi atau mengolah bisnis lain yang berkaitan dengan dunia forex untuk menghasilkan uang termasuk menjual EA atau ramuan indikator hasil comot sana sini.
Disatu sisi hal ini memang menarik namun jika kita telusuri lebih dalam maka ada sesuatu yang bias yaitu sangat sedikit orang yang konsisten dan bersih dalam melakukan hal ini. Banyak kasus terjadi akibat ulah lowongan kerja yang menyesatkan , hasil shotoshop untuk membuat statement yang menggiurkan hingga kasus lain. Dan sangat sedikitnya pembisnis forex yang murni dan konsisten atas apa yang dia lakukan membuat kita kesulitan melacak dan membandingkan keberadaan dan hasil kerja mereka ini.
Tidak ada yang salah dengan mereka bahkan hal tersebut adalah langkah yang briliant sejauh tidak merugikan orang lain namun apapun itu akan kembali ke pertanyaan klasik , jika memang yang dilakukannya adalah yang terbaik kenapa dijadikan bisnis??
Apakah alasan ketidakmampuan modal?
Bukankah jika memang system trading yang digunakan bagus akan memberikan hasil compound yang besar dalam kurun tertentu?
Sebab banyak diluar sana , orang-orang yang terdidik akan management resiko butuh media dan orang yang tepat untuk memutarkan modalnya lewat forex.
Saya kira semua itu disebabkan keyakinan yang terlalu besar bahwa systemnya adalah yang terbaik walau mungkin sudah terbukti dalam waktu setahun , meski menurutku bukan alasan yang kuat untuk menggunakan uang orang lain di dunia forex. Kecuali mereka sadar akan manage resiko dan bersedia dengan senang hati.... itu lain soal!
Persoalannya adalah mereka gak paham secara keseluruhan dan ada sesuatu yang disembunyikan dari mereka....
Semua ini tanpa menafikan bagi mereka yang ber-OPM secara bijak , profesional dan bertanggung-jawab...... aku dukung!!
Kamis, 03 Juli 2008
Duo Korelasi pairs ala mataf
Correlation Table
The following tables represent the correlation between the various parities of the foreign exchange market (forex).
The correlation coefficient highlights the similarity of the movements between two parities.
- If the correlation is high (above 80) and positive then the currencies move in the same way.
- If the correlation is high (above 80) and negative then the currencies move in the opposite way.
- If the correlation is low (below 60) then the currencies don't move in the same way.
source : mataf.net
=============================
Beberapa waktu yang lalu seorang teman cerita banyak bahwa dengan mengikuti pola mataf tersebut dia bisa menjaring banyak profit dengan intens open posisi dan tentunya dengan berbagai bentuk system pengamanan yang telah dipersiapkannya.
Sampai-sampai akunya , dia mengistirahatkan sejenak system trading andalannya hanya untuk mengeksplorasi mainan barunya ini....
Hmm...menarik sekali kalo memang benar bisa konsisten 100 pip perhari tapi sepertinya butuh keahlian khusus dalam system kebakarannya.
Duo korelasi pairs ini juga sering dibahas di milis-milis dan forum forex tapi sejujurnya ada satu pertanyaan yang perlu diperjelas yaitu : bagaimana mataf menggunakan formulanya sehingga muncul tabel tersebut??
Sebab butuh kejelasan agar kita memahami akan langkah-langkah yang akan kita ambil , bagaimana kalo ternyata eksperimen berdasarkan data mataf ini yang udah bertebaran tsb ternyata sekedar kebetulan?? Bagaimanapun ini penting sebab jika tidak kita ketahui maka apa bedanya jika kita tanpa menggunakan tabel dari mataf ??
Bukankah kalo begitu lebih baik menggunakan grid gann atau BB saja....
Kebetulan , ekplorasi ala mataf ini sama dengan yang aku eksplorasi dengan teman-teman dan kesimpulanku atas data tabel mataf adalah masih banyak kenisbiannya. Sebab menurutku , pergerakan harga belum tentu sama kedepannya meski pada suatu titik mereka mengalami nilai deviasi yang sama , yang oleh mataf diukur dari korelasi nilai +/- 80.
Kesamaan nilai deviasi ini menghilangkan pentingnya analisa charting sehingga menjadi sebuah penjerumusan jika tidak memiliki system penyelamatan yang lentur dengan potensi pengalaman yang teruji tentunya. Padahal sifat dan interprestasi pergerakan harga kekinian lebih pas untuk dianalisa dengan charting kecuali kita menghitung dalam range waktu yang besar dengan berbagai instrumen yang lebih luas.
Lalu pertanyaan adalah : Apakah tabel mataf ini bisa dipergunakan sebagai system trading?
Kalo menurut pendapatku pribadi , tabel mataf hanya alat bantu sementara untuk mengenal sifat pergerakan pasar di sisi tertentu yaitu nilai deviasi antar 2 pairs. Selebihnya daripada itu sepertinya akan menjadi suatu yang berbahaya terlebih jika semua itu dinilai dan diterima secara mentah-mentah sebagai suatu posisi yang terbaik untuk open trade.
Apalagi tanpa memiliki keahlian akan penanganan bug disaster systemnya...
Moga-moga mataf mengeluarkan produk lainnya yang lebih rumit seperti korelasi tiga pairs atau lebih... agar lebih banyak ditemukan system trading model baru lagi.
Tapi bukankah yang ada bertebaran di net adalah yang udah gak laku dijual semua??