Powered By
widgetmate.com
Sponsored By
Digital Camera

Senin, 30 Maret 2009

Visi sebuah system trading

Diyakini apapun system seorang trader selama kaidah 3M = Mind , Methode dan Management dijaga dan konsisten maka gain profit akan mudah dicapai secara rutin.

Menurut saya pribadi , 3M menjadi sebuah kewajiban bahkan parameter dalam menilai kelayakan sebuah system trading yang seringkali dengan amat disayangkan dilupakan oleh pembelajar yang bahkan tidak jarang mengutak-atik rules yang ada sekedarnya hanya karena pas dilakukan iseng2 ternyata pas menurut sudut pandangnya.

Visi trading adalah pintu masuk sebuah system trading sebagai kendaraan trader dalam meraih keberuntungan , karena merupakan pintu masuk maka jika salah pintu maka tentu tujuan yang berbeda yang akan didapatinya....

Sebuah indikator sesungguhnya adalah tools dari sebuah visi , so jika pemahaman visi sebuah indi terlewatkan sudah dapat dipastikan trader akan tersesat dengan indi tsb. Mengutak-atik indi tanpa paham visinya ( kebanyakan orang menyebut "logika indi" ) adalah sebuah kesalahan besar karena logika pemograman indi adalah barang mati , dia bekerja sesuai apa yang diperintahkan didalamnya.

Visi adalah apa yang dilihat dan dipahami oleh trader dalam satuan waktu tertentu.... artinya kondisional market seperti apa yang dipahaminya , dinilainya dan diimplementasikannya dalam rules-rules yang merangkai menjadi system trading. Dalam sebuah visi terkandung time frame , seorang intraday trader akan lebih meletakkan system tradingnya dalam TF 30m dan 1 h sedangkan middle akan prefer ke 4 ha dan 1 d.

Visi adalah Mind , jika visi sebuah system trading tidak dipahami maka besar kemungkinan system trading tersebut tidak layak diperjuangkan eksistensinya karena visi adalah landasan dasar berjalannya sebuah system trading. Jika landasan atau pondasinya tidak kuat lalu bagaimana dia akan kuat menahan badai?

Mari kita cek kembali , visi system trading kita... sapa tau ada yang terlupakan dan bisa membuat system trading kita lebih sempurna lagi.

Minggu, 29 Maret 2009

Faktor yang mempengaruhi EUR/USD

Eurozone:

Ke 12 negara yang telah bergabung bersama euro adalah: Jerman, Francis, Italia, Supanyol, Belanda, Belgia, Austria, Finlandia, Portugis, Irlandia, Luxembourg dan Yunani.

European Central Bank: Mengontrol kebijakan moneter untuk kawasan Euro. Jajaran pengambil keputusan merupakan perwakilan yang terdiri dari pejabat gubernur bank sentral masing-masing negara.

Target Kebijakan ECB: ECB bertujuan untuk menciptakan stabilitas harga. Untuk menjaga stabilitas tersebut, European Central Bank menggunakan 2 pilar utama kebijakan moneter.

Memperkirakan perkembangan dan resiko dari terciptanya stabilitas harga. Stabilitas harga diterjemahkan sebagai kenaikan dari Harmonized Index of Consumer Prices (HICP) dibawah 2%. Data tersebut dapat digunakan sebagai indicator dan perkiraan untuk mengenali ancaman jangka menegah terhadap stabilitas harga.

Pilar kedua adalah pertumbuhan moneter yang diukur dengan peningkatan M3, yang diharapkan sesuai dengan ukuran referensi yang ada, yaitu sebesar 4,5% pertumbuhan tahunan.

European Central Bank melakukan pertemuan rutin setiap hari Kamis untuk mengumumkan keputusan tentang interest rate yang diambil. Pada pertemuan pertama dalam setiap bulan European Central Bank melakukan konferensi pers untuk menjelaskan pandangannya akan kebijakan moneter dan keadaan ekonomi secara keseluruhan.
Interest Rates: Refinancing rate dari European Central Bank adalah kunci suku bunga perbankan yang akan digunakan untuk mengelola liquiditas.

3-bulan Eurodeposit (Euribor): Interest rate dalam 3-bulan Euribor, yang disimpan di bank-bank diluar Eurozone. Euribor dapat digunakan sebagai tolok ukur yang berarti untuk menentukan interest rate differential untuk membantu memperkirakan exchange rates. Sebagai contoh semakin tinggi interest rate differential dalam membantu euribor terhadap eurodollar deposit, maka semakin tinggi kemungkinan EUR/USD mengalami kenaikan. Kadangkala, hubungan ini juga tidak berjalan dengan baik karena adanya factor lain.

10-Tahun Government Bonds: Hal lain yang bisa mengendalikan pergerakan EUR/USD adalah perbedaan interest rate antara Amerika dan Eurozone. 10-tahun Bund Jerman biasanya digunakan sebagai indicator. Ketika rate 10-tahun Bund berada dibawah 10-tahun note Amerika, dan semakin sempitnya perbedaan area tersebut (seperti naiknya yield Jerman atau turunnya yield Amerika atau keduanya) secara teori dapat menolong penguatan EUR/USD. Melebarnya area tersebut dapat berdampak sebaliknya. Jadi perbedaan 10-tahun US note - Jerman bund sangat pantas untuk diwaspadai. Trend dalam pergerakan ini biasanya lebih penting dari pada nilai tetap yang ditetapkan pemerintah (absolute value).

Data Ekonomi : Data ekonomi yang paling penting untuk diawasi adalah data dari Jerman. Data kuncinya biasanya GDP, Inflasi (CPI dan HICP), Industrial Production, dan Unemployment. Data dari Jerman yang paling umum dianggap sebagai kunci adalah IFO survey, yang berisi tentang indicator dari business confidence. Data penting lain adalah budget deficit dari masing-masing negara pendukung Euro, yang menurut stabilitas dan perjanjian pertumbuhannya harus bisa dipertahankan dibawah area 3% dari GDP. Setiap negara juga mempunyai target untuk mengurangi budget defisitnya masing-masing, dan jika terjadi kegagalan untuk memenuhi target tersebut, maka akan berdampak tidak baik bagi Euro.

Dampak Cross Rate: EUR/USD terkadang dipengaruhi oleh pergerakan cross exchange rate seperti EUR/ JPY.

3-bulan Euro Futures Contract (Euribor): Kontrak tersebut menggambarkan perkiraan pasar akan 3-bulan euro-Euro deposits (euribor) di masa depan. Perbedaan antara futures contracts dalam 3-bulan cash eurodollar dan dalam euro-Euro deposit merpakan variable penting untuk memperkirakan EUR/USD.

Indikator lain: Ada korelasi negatif yang sangat kuat antara EUR/USD dan USD/CHF, yang menggambarkan korelasi positif antara Swiss Franc dengan Euro. Hubungan ini terjadi dikarenakan Ekonomi Swiss sangat tergantung pada perekonomian kawasan Eropa. Dalam banyak kasus kejatuhan EUR/USD biasanya diikuti oleh kenaikan USD/CHF, begitu juga kebalikannya. Kecuali jika ada perbedaan data yang cukup signifikan dan pengaruh EUR/CHF.

Faktor Politik: Seperti yang terjadi di semua exchange rate, EUR/USD dapat sangat dipengaruhi oleh instabilitas politik, seperti adanya ancaman terhadap koalisi antara Jerman, Italia dan Francis. Instabilitas politik atau keuangan di Russia juga sebagai lampu merah untuk EUR/USD, sebab investasi Jerman yang sangat besar ada di Russia.
Sumber

Selasa, 24 Maret 2009

EA dan Indicator sebagai tools dalam system trading

Sungguh menarik ternyata ketika menyusuri dunia pengcodingan trading di forum-forum forex , ribuan kreasi bermunculan meski sebagian besar ide hanya pengulangan yang pernah dibahas dan ditinggalkan setelah mengalami penilaian kurang sebagai indi system trading maupun sebagai robotic trading.

Namun khususnya trader indonesia , saya salut dengan mereka mau saling berbagi apa yang mereka punya , berdiskusi serta berpartisipasi aktif bagi kemajuan rekan-rekan mereka sesama trader dalam hal pengcodingan meski pada akhirnya berhenti dalam batasan tertentu. Namun setidaknya hal itu menunjukkan rasa saling "seperjuangan" yang sangat bermanfaat tentunya bagi mereka yang baru mengenal dunia tsb. Hampir setiap forum trading lokal di sub forum pembahasan ini pasti rame mulai....

Saya pribadi menganggap bersentuhan dengan dunia coding adalah bagian dari proses pembelajaran seorang trader hanya saja untuk menjadi lebih intensive adalah sebuah pilihan lain karena sebagai trader untuk tidak mengenal lebih intensive coding adalah bukan sebuah kesalahan kecuali memang tidak mengenal sama sekali... yang artinya akan besar kemungkinan terjadi mis-understanding atas kinerja indi yang digunakannya. Hanya saja mereka yang mengenal dunia coding akan lebih baik daripada mereka yang tidak karena memudahkan dalam memahami kinerja indi maupun EA yang artinya juga memahami bagian sebuah visi dari sebuah system trading.

Dan pemahaman banyak hal terhadap visi sebuah trading akan memberikan banyak informasi tentang dunia trading secara tehnikal , tidak jauh berbeda ketika seorang pemula sibuk mencari , mengenal , memahami , mengetes berbagai system trading yang ada untuk menemukan mana yang terbaik bagi dirinya.

Indi dan EA sebagai tools dalam bertrading memberikan kemudahan bagi trader dalam mengaplikasikan keinginan mereka yang tumbuh dari persepsi yang tercipta dari proses pembelajarannya. Namun apapun itu mereka tetaplah tools , ada sisi dari mereka yang mengikat penilaian trader sesuai value yang mereka hasilkan sehingga ketika terjadi kesalahan setting maka akan membuat value yang dihasilkan juga bergeser dari pattern yang telah ditentukan oleh program yang ada didalamnya. Oleh sebab itu memahami logika yang dikandungnya juga penting daripada sekedar mencari setting yang terbaik.....

Mungkin hal tersebut yang perlu diperhatikan bersama dan hal inilah yang secara pribadi saya lebih senang menghilangkan unsur-unsur yang membuat beraneka ragam persepsi dalam system trading saya pribadi mengingat market adalah dinamis yang akan membuat logika program kadang tidak mampu mengakseptasinya dengan baik. Karena saya berpersepsi bahwa pergerakan harga adalah psikology market dimana mereka bermain dengan batas-batas resistensi dan support yang dapat kita reka dengan HL dan TL atau dengan MA maupun ZZ.

Namun secara manual manusia memiliki keterbatasan dimana unsur emosi seringkali mengkacaukan penilaian terhadap pola habit yang ada di market. Disini indi atau EA berperan.. namun banyak yang menilai bahwa trade tidak bisa 100% automatis karena kedinamisan market. Semua kembali ke permasalahan akhir... yang penting profit...hehehehehe......

Minggu, 22 Maret 2009

Faktor yang mempengaruhi USD/JPY

Ministry of Finance: MoF adalah institusi politik dan moneter yang terpenting di jepang. Ia mampu memberikan arah pergerakan pasar, perannya terhadap pasar lebih besar dari menteri keuangan yang ada di Amerika, Inggris dan Jerman. Pejabat MoF sering membuat pernyataan tentang keadaan ekonomi yang mempunyai hubungan erat dengan Yen. Penyataan tersebut termasuk verbal intervention yang berisi kesenangan atau ketidaksenangan terhadap penguatan atau pelemahanYen.

Bank of Japan (BoJ). Tahun 1998, Jepang telah membiarkan Bank sentralnya (BoJ) beroperasi sendiri (Independen) tanpa campur tangan pihak pemerintah (MoF) dan menyerahkan pengawasan penuh terhadap jalannya kebijakan moneter, sementara MoF hanya berhubungan dalam tugasnya untuk membuat kebijakan moneter.

Interest Rates: Overnight Call Rate adalah kunci suku bunga jangka pendek interbank. Call rate diawasi oleh BoJ melalui operasi pasar terbuka (open market operations) yang didisain untuk mengatur liquiditas. BoJ menggunakan call rate untuk memberikan signal terhadap perubahan kebijakan moneter yang berpengaruh terhadap currency.

Japanese Government Bonds (JGBs): BoJ membeli 10 dan 20-tahun JGB setiap bulan untuk mengucurkan liquiditas kedalam system moneter. Angka index 10-tahun JGB dapat digunakan sebagai indicator kunci untuk menentukan long-term interest rates. Perbedaan antara 10-tahun JGB dengan US 10-year treasury notes, adalah kendali penting terhadap pergerakan harga USD/JPY. Turunnya JGBs (JGB yield naik) biasanya mendorong pergerakan Yen.

Economic and Fiscal Policy Agency: Secara resmi menggantikan kekuatan Economic Planning Agency (EPA) pada tanggal 6 Januari, 2001. Agen pemerintah ini bertanggung jawab untuk merumuskan program rencana program ekonomi dan mengkoordinir kebijakan ekonomi termasuk, employment, international trade dan foreign exchange.

Taro Aso ditunjuk pada Januari 2001 menggantikan Fukushiro Nukaga.

Ministry of International Trade and Industry (MITI): Institusi pemerintah yang bertujuan untuk mendukung kepentingan industri Jepang dan menyokong kemampuan bersaing di perusahaan Jepang di pasar Global. Kemampuan MITI tidak lagi sekuat tahun 1980-an dan permulaan 1990-an, ketika hubungan perdagangan Amerika-Jepang masih sebagai topik panas di FX market.

Economic Data: Item data yang paling penting di Jepang adalah; GDP, Tankan survey (business sentiment dan expectations survey yang dirilis per quartal); international trade; unemployment; industrial production dan money supply (M2+CD).

Nikkei-225: Sebagai leading stock index di Jepang. Pelemahan Yen biasanya mengangkat harga saham perusahaan yang berorientasi ekspor, yang cenderung dapat mengangkat keseluruhan stock index di Jepang. Hubungan Nikkei-yen kadang kala terbalik, ketika pasar index mengalami penguatan terkadang cenderung menguatkan Yen (menurunkan USD/JPY).

Dampak Cross Rate: USD/JPY exchange rate hampir selalu dipengaruhi oleh pergerakan cross exchange rates (non-dollar exchange rates) seperti EUR/JPY or EUR/USD. Pengaruh bisa sangat kuat, bahkan mencapai lebih dari 50%. Biasanya pergerakan cross exchange rates jika terjadi sentimen baik atau buruk antara Jepang dan Euro zone.
sumber

Kamis, 12 Maret 2009

Hati-hati dengan kesuksesan di awal…..

Kadang jengkel dan geli juga ketika dulu menganggap sebelah mata forex trading ketika dengan mudah profit demi profit diraih yang seketika membangkitkan bayangan ilusi dalam diri tentang kepemilikan akan rumah mewah , mobil berderet dan deposito yang bunganya saja cukup buat nyekolahin anak 100 anak yatim sampe kuliah. Sebelum akhirnya muntah darah dihajar habis-habisan ama MC….

Dan ternyata aku tidak sendirian hehehehe…..
Setiap hari kisah tumbangnya trader-trader yang diiringi kisah menyedihkan dari balik sisi ketumbangan mereka masih santer terdengar , forum demi forum memiliki trit-trit khusus buat curhat. Ada yang menambah semangat dan tidak sedikit yang patah semangat dan berpersepsi negative sementara yang lainnya masih berburu yang terbaik dengan buku tutup blog , web hingga judul-judul menarik di forum.

Pengalaman menggunakan virtual account adalah sebuah kewajiban dan semakin lama maka akan semakin baik. Pertanyaannya adalah kapan kita saatnya beralih ke real account? Hal ini tidak mudah untuk dijawab namun berdasarkan menangkap kisah teman-teman dan pengalaman pribadi maka ada 3 hal yang patut dipertimbangkan ketika menggunakan virtual account sebelum memutuskan masuk ke real account.
1. Emosial
Jika emosi anda belum terpengaruh terhadap naik turun virtual trading maka jangan sekali-kali ganti ke real account , logikanya adalah ketika anda trading dengan virtual account maka anda tidak memiliki kesungguhan dalam menjalankannya karena emosi anda tidak terpengaruh.

2. Hasil Trading
Hasil trading dari jurnal trading sangat penting untuk mengetahui rasio positif probabilitas dari system trading yang sedang anda uji-cobakan. Hal ini membutuhkan waktu minimal 3-6 bulan dan bergantung intensitas trading anda karena kemampuan trading lebih didasarkan oleh pengalaman bertrading.

3. Kecakapan
Alasan kenapa butuh waktu panjang untuk berlatih sebelum terjun adalah karena pengalaman menjadi tolok ukur utama dalam menghadapi gejolak pasar. Bersyukurlah jika system trading yang anda uji-cobakan sangat ketat terhadap rules-nya namun market tidak serta merta selalu sama ada kondisional khusus yang kadang tidak berlaku bagi rule-rule system trading tertentu dan mungkin termasuk system trading anda. Disini butuh kecakapan untuk menganalisa atau memutuskan langkah yang terbaik meski itu dalam artinya menyingkir dari pasar.

Memang biasanya orang tidak betah ketika melihat account virtual tradingnya terlihat membengkak dan history-nya ijo semua untuk segera mencoba real account. Hal tersebut adalah manusiawi oleh sebab itu 3 hal tersebut bagi saya harus menjadi filtering bagi mereka yang ingin menggunakan real account.

Hati-hatilah terhadap kesuksesan awal meski apalagi jika itu sekedar account virtual demikian pula di real acoount , jangan terpancing untuk mempertaruhkan terlalu jauh apa yang sudah kita raih. Toh waktu masih panjang dan market senantiasa ada , tidak perlu terburu nafsu karena kesuksesan saat ini bukan berarti kesuksesan jangka panjang. Kita masih butuh terus belajar dan belajar serta menyempurnakan apa yang sudah bagus karena bertrading adalah masalah psikologis , tidak saja psikologi dalam bertrading namun juga psikologi dalam memahami arti sebuah keberuntungan yang seringkali orang menganggap sebagai kesuksesan awal.

Dollar Masih Perkasa Sehubungan Ambruknya Bursa Global

(Vibiznews – Article ) Kondisi Krisis keuangan yang melanda secara global saat ini menyebabkan harga saham di seluruh bursa di dunia ters tergerus. Rekor demi rekor terendah terus ditembus oleh harga bursa yang bergerak bearish seperti pisau jatuh ”falling knife”. Tajamnya penurunan harga saham di bursa menyebabkan investor sangat berhati – hati dalam mengatur posisi portfolionya. Hal inilah yang selanjutnya berimbas pada pergerakan harga yang terpantau mengalami kondisi naik dan turun yang cukup cepat dan signifikan.

Kejatuhan pada bursa saham mengakibatkan investor kembali menempatkan instrumen investasi USD dan juga emas (XAU/USD) sebagai investasi safe heaven. Situasi ini berulang kali terjadi mengingat kondisi bursa yang ”bull in stairs and drop from window”. Penurunan pada bursa langsung direspon investor dengan membeli USD dan juga emas. Pemotongan suku bunga oleh bank sentral Newzealand sebesar 50 bps pada hari kamis, 12 maret 2009 sangat mungkin terjadi mengingat kondisi keuangan global yang memaksa Bank Sentral diseluruh dunia untuk memengkas suku bunganya.

Penguatan USD pada sesi perdagangan minggu ini diprediksikan masih akan terus berlanjut seiring belum kondusifnya perdagangan di lantai bursa terutama di wallstreet. Kondisi penguatan ini diprediksikan juga akan cenderung tertahan mengingt kondisi saat ini USD dianggap sudah terlalu overbought.
sumber

Senin, 09 Maret 2009

PREPARE FOR THE WORST

Percayalah , the worst time senantiasa akan muncul dalam market!! Pengalaman berkali-kali terjebak dalam situasi yang mematahkan semangat memicuku untuk membuka mata dan menyadari bahwa situasi tersebut amat sangat paling lebih berbahaya daripada situasi apapun yang ada di market.

Kebetulan sekali salah satu system tradingku adalah counter trend trading system yang paling rentan terhadap situasi tersebut yang pernah aku bahas di postinganku “trendnya tidak bengkok-bengkok”…. Counter trend trading system memberikan banyak pelajaran berharga sekaligus membuat MC berkali-kali hehehehe….

Situasi terburuk muncul tidak mengenal waktu bahkan hari yang sepi fundamentalpun tidak luput dari kejadian seperti itu. Hal ini banyak menyengsarakan trader karena trader banyak sekali menggunakan komponen penghitung tingkat overbought/oversell baik itu menggunakan data range , history , indicator maupun komponen lainnya. Dan semuanya terpatahkan………….

Tidak jarang overtrade terjadi disini karena keyakinan yang berlebihan bahwa harga sudah mencapai puncaknya , doubling down adalah komponen utama yang membuat trader ketendang dengan sakit oleh MC. Averaging masih mending namun jika tidak aware nasib yang sama akan membuat overtrade dan MC menghadang….

Situasi seperti itu tidak saja memangsa mereka manual trader , robot-robot pintarpun tidak sedikit yang tergulung badai… meski robot-robot itu mungkin lebih mujur karena setting Drawdownnya memaksa account tsb hengkang dari pasar , bagaimana dengan manual trader?

Besar kemungkinan mereka akan stress setengah mati , pikiran dan anggapan bahwa mereka setidaknya bisa mengambil sedikit keuntungan ketika harga retrace tidak jarang malah memperparah keadaan. Apalagi mereka yang terpancing untuk mengambil keuntungan ganda di retrace atau reversal yang tanpa sadar dikendalikan oleh emosi ketakutan , keserakahan untuk tidak menerima kenyataan kehilangan pada hari itu.

Mereka terpaku oleh teknikal sementara news tidak mereka dengar atau mungkin tidak menyangka karena calendar news tidak menyantumkan…….

Apa jawaban untuk semua itu?
Disiplin dengan MM dan pengalaman.
Sebab tanpa pengalaman anda tidak akan disiplin….

Selasa, 03 Maret 2009

Kemakmuran dan Kenyataan Sejarah bag.2-B

Imam Semar

Liquiditas, Nama Baru Inflasi
Sejarah selalu berulang walaupun tidak sama persis. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa kita bisa belajar dari sejarah. Apakah itu untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Kekuasaan dan monopoli moneter menjadi landasan Kekaisaran Romawi melakukan mengenceran kadar emas yang terkandung di dalam uang dinarius nya dari 90% menjadi hampir 0% selama 250 tahun. Perlahan tetapi pasti. Atau kalau anda mau mencarinya di internet, cerita tentang John Law dan Duke Philippe d'Orléans berserta Banque Royale (Royal Bank) di tahun 1716 sampai 1720. Sampai-sampai orang Prancis alergi terhadap kata bank. Yang kita jumpai sekarang ini adalah Credit Lyonese atau Credit Suisse. Atau kalau anda buka situsnya Bank Indonesia, dan membaca sejarah Bank Indonesia, anda akan tahu bahwa keuangan republik ini didirikan di atas inflasi untuk membiayai perjuangan kemerdekaan dulu. Atau kalau mau baca majalah atau koran luar negri baru-baru ini tentang Zimbabwe, inflasinya 1700%!!!

Di situs Bank Indonesia (BI) bisa dijumpai data jumlah uang M2 yang beredar dari tahun 1990 sampai sekarang. Tahun 1990 jumlah uang M2 yang beredar sekitar Rp 60 triliyun. Kurang dari 17 tahun kemudian (tahun 2007) jumlah itu sudah mencapai hampir Rp 1400 triliyun atau 23 kali lipat (lihat Grafik-1). Dapat dipastikan harga-harga barang sudah naik 23 kali lipat selama 17 tahun ini. Bukannya harga-harga naik, tetapi nilai uang diturunkan. Selama 17 tahun, 86% nilai rupiah sudah dihancurkan. Sekarang nilainya hanya 4% dari nilai riil di tahun 1990. Jadi jika anda 27 tahun lalu pensiun, dapat pesangon pensiun dan hidup dari bunga deposito uang tersebut, maka pada saat ini nilai riil uang anda di bank hanya tersisa 4% saja. Sekarang anda akan mengalami kesulitan hidup. Dan yang lebih merisaukan lagi ialah bahwa sejak tahun 2005 laju kenaikan uang yang beredar mengalami percepatan. Inflasi meningkat. Berarti penurunan nilai riil uang anda semakin dipercepat.



Grafik 1 Uang M2 yang beredar (sumber: Bank Indonesia)

Kalau kita mundur lagi ke belakang pada saat republik ini baru diakui dunia yaitu tahun 1950. Jumlah uang yang beredar hanya Rp 3,9 milyar rupiah ORI (Sumber: BI). Jumlah ini sama dengan Rp 195 ribu nominal uang Orba. (Ingat Rupiah mengalami 3 kali pengguntingan nilai nominalnya). Kalau sekarang Rp 195 ribu adalah penghasilan sehari pemulung di depan rumah saya, tetapi 57 tahun lalu adalah semua uang yang beredar di republik ini. Selama 57 tahun nilai riil rupiah sudah dihancurkan dan hanya tersisa 0.0000000142% saja (oooalah banyak benar nolnya!!). Praktis NOL.

Nama baru inflasi saat ini ialah liquiditas. Kalau liquiditas naik artinya, inflasi meningkat. Dipersepsikan bahwa liquiditas adalah obat untuk segala persoalan ekonomi. Pembangunan ekonomi, untuk menggerakkan ekonomi, mencegah dan mengobati krisis ekonomi diperlukan liquiditas yang cukup. Sejak krisis moneter Asia 1997, krisis LTCM (Long Term Capital Management), krismon Russia, sampai krisis bursa Teknologi US, liquiditas membanjir. Selama dua tahun terakhir ini terjadi percepatan laju kenaikkan rupiah yang beredar yang cukup mencemaskan, antara 14% -20%. Soal cetak mencetak uang,bukan monopoli Indonesia saja, tetapi juga negara lain. Tahun lalu Uni Eropa 8.5%, US 10%, Cina 19%, India (18%), Afrika Selatan 23% dan Russia 45%.

Di bawah ini adalah grafik US$ M3 yang beredar dari tahun 1980 sampai Maret 2006 (sumber: nowandfutures.com). Sumber datanya dari the Fed (bank sentral US). Karena sejak Maret 2006 tidak lagi melaporkan uang M3 yang beredar maka kedepannya berupa perkiraan yang diturunkan dari data lainnya.


Grafik 2 Pertumbuhan Uang M3 US$ dalam milyar US$
(Sumber: nowandfutures.com)

Selama kurang dari 27 tahun, jumlah US dollar yang beredar naik menjadi 6 kali lipat. Jangan heran kalau kemudian harga-harga bahan dasar naik. Maksudnya, nilai uang turun. Minyak naik dari titik terendahnya $10 per barrel di tahun 1999 sekarang berkisar di level $ 60. Jagung, beras, emas, perak dan komoditas lainnya naik. Lihat trend di grafik berikut ini dan jangan hiraukan unit nya. ( 1 U.S. bushel = 35.24 liter dan 1 oz = 31.1 gram).

Kita bisa teruskan ke bahan-bahan lain. Trendnya sama, yaitu naik (secara nominal). Dalam keadaan seperti ini, pemilik tabungan dirugikan dan para penghutang akan diuntungkan. Nilai riil hutang atau tabungan digerus inflasi.

Catatan Akhir dan Renungan
Pemerintah/Penguasa bukan badan yang berorientasi keuntungan dan bukan pula yayasan sosial yang menciptakan kemakmuran. Pemerintah/penguasa menarik pajak, retribusi, membuat inflasi, mengeluarkan surat hutang. Katanya pajak itu akan kembali ke rakyat. Retorik itu salah. Prioritas utamanya ialah untuk mereka sendiri, membayar gaji. Kalau ada sisa baru disisihkan untuk memelihara dan membangun infra struktur untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. Pada tahun-tahun terjadinya krisis di negri ini, seperti 1946 – 1950, 1964 – 1968, 1997 – 2000, perawatan infra struktur hampir tidak ada. Tetapi gaji politikus dan birokrat tetap berjalan, juga aktifitas politiknya.

Saat ini pemerintah giat melakukan operasi pasar untuk minyak goreng. Kalau tujuannya untuk menurunkan harga, adalah usaha yang sia-sia. Saya melihatnya hanya sebagai aktifitas politik yaitu mencari popularitas. Seperti saya katakan: “Ada penipu kecil, penipu ulung, politikus dan Cut Zahara Fonna”. Operasi pasar, memaksa pedagang untuk menjual barangnya di harga yang ditetapkan penguasa atau sejenisnya, sepanjang sejarah tidak bisa membuat kemakmuran meningkat, karena tidak ada pertambahan barang dan jasa di pasar. Kalau tindakan itu dimaksudkan untuk mencari popularitas, pemerintah reformasi ini masih kalah dengan Robert Mugabe. Robert Mugabe dari Zimbabwe, beberapa tahun lalu menyita tanah dari para tuan tanah kulit putih kemudian membagikannya kepada “petani” miskin kulit hitam. Jangan dikira Zimbabwe jadi makmur karena banyak tanah sudah berpindah tangan kepada petani. Produksi pangan menurun karena hengkangnya tuan tanah yang punya keahlian mengelola sistem pertanian. Inflasi harga (kenaikan harga barang) di Zimbabwe mencapai 1700% per tahun tidak hanya dipicu oleh pencetakan uang tetapi juga susutnya jumlah barang di pasar.

Tuan tanah, tengkulak, pengijon, penimbun, spekulator sering dijadikan kambing hitam oleh penguasa. Sebenarnya mereka merupakan bagian yang penting dalam ekonomi pasar. Kalau mereka dihilangkan, ekonomi menjadi terganggu. Nabi Jusuf adalah seorang penimbun dan spekulator. Dia menimbun dan berspekulasi bahan pangan hanya berdasarkan mimpi Firaun. Bulog juga penimbun. Perbedaan antara Bulog dan penimbun/spekulator swasta ialah bahwa pelaku Bulog tidak mempunyai rasa memiliki sehingga rawan korupsi.

Profesi sebagai politikus sangat menggiurkan. Bisa bermain-main dengan kekuasaan dan imbalannya cukup besar. Jaman Reformasi ini seakan sempatan berpolitik dan berpartisipasi di sektor kekuasaan semakin terbuka lebar. Jangan heran kalau dari mulai kiai, pengangguran, guru, artis, beralih ke profesi ini. Kecenderungannya nampak semakin banyak “elite” politik, organisasi kedaerahan, dewan adat, laskar kedaerahan yang orientasinya kekuasaan dan hak atas pajak/restibusi atau sejenisnya yang disebut penghasilan daerah. Harus diingat bahwa aktifitas semacam itu tidak menambah barang atau kemakmuran, bahkan menurunkan kalau semakin banyak orang lari dari sektor-sektor produktif (pertanian, manufakturing, dsb) ke aktifitas politik yang non produktif.

Yang diceritakan di atas adalah institusi yang resmi. Ini tidak termasuk pak Ogah, unit-unit “keamanan”, tukang parkir liar, tukang palak, organisasi kedaerahan dan sejenisnya yang tidak resmi dan ikut menariki iuran. Mereka ini memang tidak ikut dalam komponen pemicu inflasi moneter tetapi punya andil dalam inflasi harga. Iuran-iuran liar ini akan dimasukkan oleh para pedagang dalam komponen biaya dan harga jual barang menjadi lebih tinggi. Jangan heran kalau biaya hidup di Jakarta 30% lebih mahal dari di Kuala Lumpur, karena adanya perbedaan komponen ini.

Kalau trendnya seperti ini, apakah kita masih bisa optimis untuk menjadi makmur?
(Seandainya anda belum membaca bagian I tulisan ini, sebaiknya anda membacanya untuk kelengkapan informasi)

sumber

Kemakmuran dan Kenyataan Sejarah bag.2-A

Imam Semar

Inflasi, Politik dan Kemakmuran: antara Mitos dan Kenyataan

Saya akan memulai bagian ke II melihat kutipan di atas dari dua presiden USA, seorang mentri propaganda Jerman Nazi dan saya sendiri.

Saya pikir pembaca cukup pandai dan saya tidak akan menghina intelektualitas anda dengan menterjemahkan ketiga sitiran di atas. Essensi kutipan di atas akan menjadi jelas dengan tulisan di bawah ini bahwa intrik, pengelabuhan atas penguasaan pencetakan uang dan kebenaran adalah musuh utama negara.

Mitos: Inflasi adalah kenaikan harga-harga.

Yang benar: Inflasi adalah laju pertumbuhan uang yang beredar di dalam ekonomi. Bank sentral/otoritas keuangan mencetak uang sehingga jumlahnya di dalam ekonomi meningkat, akibatnya nilai uang turun dan harga-harga naik.

Jadi inflasi adalah perbuatan manusia yang disengaja berkaitan dengan jumlah uang yang beredar, bukan gejala ekonomi akibat permintaan dan penawaran barang/jasa.

Inflasi = Pajak Tabungan dan Pajak Ekonomi Bawah-Tanah
Pengertian inflasi yang beredar di masyarakat adalah yang mitos bukan yang sebenarnya. Penguasa tidak ingin kebenaran mitos ini terungkap karena kebenaran adalah musuh terbesar dari pemerintah (Goebbels). Bagi pemerintah inflasi mempunyai beberapa fungsi.

1. Pajak atas tabungan
2. Memindahkan kekayaan riil dari penabung ke penghutang
3. Menghancurkan hutang

Pemerintah hidup dari pajak. Tetapi pajak bukanlah hal yang populer. Bayangkan kalau anda dikenai pajak 70%-80% dari harta atau penghasilan anda. Anda pasti marah. Oleh sebab itu perlu diciptakan cara yang lebih halus dan tersembunyi di balik kekuasaan dan hak monopoli pencetakan uang. Misalnya pemerintah mencetak uang sehingga uang yang beredar bertambah 20% per tahun, jika barang dan jasa di dalam ekonomi tidak bertambah berarti nilai uang turun sebesar 20%. Artinya nilai riil tabungan anda turun, nilai riil gaji anda turun, nilai riil hutang anda juga turun.

Dengan mitos inflasi (bahwa inflasi = kenaikan harga-harga) berarti penguasa bisa menyalahkan para pelaku ekonomi terutama pedagang. Tuduhan bisa dilontarkan bahwa karena ulah pedagang menimbun barang menyebabkan harga naik seperti yang dilakukan beberapa waktu ini terhadap produsen minyak sawit dan penyalur beras. Kemudian dibarengi dengan operasi pasar membuat image penguasa naik. Menjelekkan pedagang dan mendongkrak citra diri sendiri. Hal ini mudah dicerna dan didukung rakyat .

Supaya lengkap, inflasi kemudian disamarkan dengan indeks harga bahan pokok. Kalau yang namanya indeks, cara menghitungnya bisa dibuat rumit, menjadi intimidatif kalau melihatnya dan tidak lagi transparan. Ini mengikuti hukum: “kalau kita tidak bisa menyakinkan orang, buatlah dia bingung supaya akhirnya pasrah dan tidak bertanya lagi”. Jadi jangan heran kalau dengar inflasi negatif tetapi harga diesel dan minyak goreng naik di atas 20% seperti yang terjadi bulan lalu. Dan tidak ada wartawan yang menyoal hal ini, karena sudah terintimidasi oleh rumit dan canggihnya perhitungan indeks harga bahan pokok atau indeks inflasi.

Sebagai pajak tabungan, inflasi sangat effektif dalam menjangkau “underground economic” (ekonomi bawah tanah). Kalau pekerja seperti saya ini, tangan pajak bisa menjangkau kami melalui perusahaan. Pajak dipotong langsung oleh perusahaan. Lain halnya dengan tukang bakso, tukang sayur, pengemis, pemulung, tukang ojek dan profesi sejenisnya, mereka tidak kena pajak penghasilan atau pajak penjualan. Jangan dikira mereka ini penghasilannya rendah. Seorang pemulung yang mangkal di depan rumah saya, penghasilannya Rp 100.000 – Rp 200.000 per hari, 365 hari per tahun. Jelas penghasilan mereka sudah melewati batas kena pajak. Sayangnya penarik pajak tidak bisa menjangkau mereka secara langsung. Oleh sebab itu diperlukan mekanisme untuk memajaki mereka yaitu lewat inflasi. Inflasi yang menggerus nilai riil tabungan mereka bisa disebut pajak terhadap harta pelaku ekonomi bawah tanah.

Contoh riilnya, misalnya seorang tukang becak yang di tahun 1980 mangkal di dekat Senayan. Dia memberi jasa mengantar penumpang sejauh kurang lebih 4 km ke Blok M. Sebagai imbalannya dia diberi uang sebesar Rp 300. Artinya Rp 300 mewakili jasa mengantar sejauh 4 km dengan becak. Uang ini disimpannya di lemari sampai tahun 2007. Pada saat dia sudah tua, dia mau naik becak dengan jarak yang sama. Kalau Rp 300 itu mewakili jasa mengantar sejauh 4 km dengan becak maka kapan saja dia gunakan tanda/alat pembayaran yang syah itu dia akan memperoleh jasa yang sama. Nyatanya tidak demikian. Di tahun 2007 diperlukan Rp 5000 – Rp 8000 untuk jasa yang sama. Artinya nilai riil tabungan si tukang becak ini sudah termakan oleh inflasi (baca: pajak tabungan dan pajak ekonomi bawah tanah) walaupun secara sadar si tukang becak tidak pernah merasa membayar pajak.

Inflasi sebagai pajak, mempunyai spektrum luas. Artinya sasarannya ialah siapa saja yang mempunyai uang yang di-inflasikan, tidak mengenal batas negara atau kewarganegaraan, tetapi siapa saja. Seperti US dollar, yang beredar dan ngendon di bank sentral banyak negara karena dijadikan cadangan devisa serta yang ada di tabungan perorangan, laju pertumbuhan dollar yang beredar sebesar 8%-12% berarti nilai riil simpanan dollar turun dengan laju 8% - 12% per tahun. Kalau tabungan itu memperoleh bunga maka bunga itu bisa meredam sedikit turunnya nilai riil tabungan. Catatan: Sentral Bank USA – the Fed – sejak Maret 2006 tidak lagi melaporkan kepada publik laju pertambahan supply uang dollar M3. Maksud M3 adalah seluruh jenis uang, tunai, simpanan tabungan, dan lain lain. Dengan adanya perang di Irak dan Afganistan, USA memerlukan banyak pemasukkan pajak.

Mendapatkan pemasukkan negara/pemerintah/penguasa melalui inflasi sangatlah mudah. Syaratnya hanya kekuasaan (dan monopoli) pencetakan/penerbitan uang. Sedangkan ongkos mencetak sangat murah. Mencetak uang Rp 100.000 atau Rp 5.000 atau US$100 atau kalau ada nanti Rp 1000.000, memerlukan usaha, tinta, kertas dan peralatan yang sama. Apalagi sekarang ini, uang tidak selalu berbentuk kertas melainkan juga catatan elektronik. Anda digaji melalui transfer elektronik. Belanja dengan kredit card atau debit card juga secara elektronik. Ketika bank memberikan hutang, tinggal mengkreditkan di rekening anda. Praktis penggunaan (uang) kertas sudah berkurang banyak. Catatan elektronik telah menggantikan kertas. Karena uang sekarang ini sebagian hanyalah catatan elektronik maka memciptakannya semakin mudah, hanya dengan pencetan tombol keyboard komputer. Kalau anda berjiwa kriminal, anda akan bertanya, “tentunya memalsukan uang sekarang menjadi semakin mudah dan sulit dilacak bagi hacker hacker ulung”. Mungkin saja. Bagi seorang hacker ulung, kalau bisa masuk ke sistem komputer otoritas keuangan dan mengkreditkan sejumlah uang di rekeningnya. Mudah bagi yang ulung dan tahu sistemnya. Tidak perlu lagi beli tinta dan kertas uang serta sembunyi-sembunyi mencetak dan mengedarkannya.

sumber

Senin, 02 Maret 2009

Profit datang dari penentuan exit yang tepat…..

Jika kita telah dengan susah payah menentukan titik entry yang tepat dengan penuh kesabaran maka hal itu akan menjadi kurang tepat pemaksimalannya jika titik exit tidak di pertimbangkan dengan baik.

Entry dan exit adalah bagian dari scenario dalam sebuah system trading… dan semua ini wajib di cermati dengan baik berdasarkan rasio risk-rewards yang lebih baik , yang lebih mampu menampung komponen probabilitas dalam dunia trading.

Namun seperti kurang pas jika titik exit ditentukan oleh jumlah point yang statis meski mengacu kepada prosentase risk and reward. Jumlah pips statis untuk menentukan titik exit memang kadang menjadi sebuah titik dilemma tersendiri ketika habit dari ruang gerak sebuah pairs tidak dipahami.

Setiap pairs memiliki habit masing-masing dan senantiasa bersifat dinamis meski dalam sebuah range pergerakan harga yang cenderung tetap dalam masing-masing satuan waktu mereka. Harga asian time market tentunya biasanya akan memiliki range yang lebih kecil dibanding ketika London open terlebih US open. Belum lagi adanya pengaruh fundamental yang terkadang mempengaruhi pergerakan harga dalam beberapa saat keluar dari habitnya.

Namun apakah penentuan tititk exit yang statis mampu menampung semua komponen habit dan kedinamisan market dalam waktu dan kondisi apapun? Tanpa mengurangi makna dari prosentase risk-rewards yang telah ditentukan , saya kira hal ini perlu di jadikan pertimbangan mengingat beda pairs beda habit dan kadang kita menemukan titik entry yang memaksa kita mengubah sedikit prosentase dari risk-rewards yang biasa kita tentukan….karena setidaknya market adalah dinamis , begitu juga jiwa seorang trader seharusnya yang bisa memandang market dan pergerakan harga sebagai sesuatu yang menyenangkan untuk dianalisa , dirancang bangun kemungkinannya serta ikut terjun dalam kemungkinan tersebut. Tentunya lepas dari pengaruh emosi….

Saya jadi teringat petuah dari senior trader ‘ Jika kau belum menemukan titik exit ketika entry maka itu adalah sebuah jaminan bahwa kamu bukanlah trader untuk waktu yang lama”….

Selama bertrading……….

Minggu, 01 Maret 2009

Kemakmuran dan Kenyataan Sejarah bag.1-B

Imam Semar

Masa Orde Lama- Jaman Revolusi Berkepanjangan
Sebut saja uang Orde Lama untuk uang rupiah yang beredar sesudah kejadian pemenggalan satu (1) angka nol. Dimulai pada 25 Agustus 1959, dan ditandai dengan tindakan pemerintah menurunkan nilai uang Rp 500 menjadi Rp 50 dan Rp 1000 menjadi Rp 100. Uang rupiah yang beredar sebelum tanggal 25 Agustus 1956 (sebut saja uang hasil rekayasa Gunting Sjafruddin atau GS) ditukar dengan dengan uang rupiah Orla. Dan Rp 500 GS diganti dengan Rp 50 Orla. Jadi angka nol nya hilang satu. Bukan itu saja, simpanan giro yang ada di bank dibekukan dan deposito di atas Rp 25.000 dijadikan deposito berjangka panjang. Saya menyebutnya sebagai penyitaan untuk negara. Karena 8 tahun kemudian uang yang Rp 25.000 itu hanya cukup untuk membeli 3 bungkus kwaci.

Slogan seperti “Revolusi belum selesai” pada saat itu sering terdengar. Saya tidak tahu apakah slogan itu bermakna bahwa akhir dari revolusi itu identik dengan kemakmuran “gemah ripah loh jinawi”. Dalam hal kemakmuran, seingat saya, kalau di tahun 1960 anjing saya bisa makan 0,25 kg daging per hari dan tahun 1966 saya harus makan dengan lauk 1 telor ayam kampung dibagi 3 orang. Dengan kata lain, sebenarnya pada awal-awal dekade 60an, boleh dikata kemakmuran cukup baik, tetapi kemudian merosot terus, karena banyak tenaga dan usaha diarahkan ke Trikora, Dwikora dan melanjutkan revolusi (apapun artinya). Puncak penghancuran ekonomi menjadi lengkap ketika G30S meletus dimana banyak petani dan pekerja yang tergabung dalam organisasi di bawah naungan PKI dihabisi dan mesin ekonomi macet karena fokus masyarakat tertuju pada ganyang PKI dan akibatnya ekonomi babak belur.

Masa Uang Gunting Sjafruddin
Masa uang rupiah “gunting Sjarifuddin” dimulai pada bulan Maret 1950 sampai dihapuskannya dan digantikannya dengan uang rupiah Orba tahun 1959. Yang dimaksud dengan gunting Sjarifuddin ialah keputusan pemerintah untuk menggunting pecahan mata uang rupiah di atas Rp 5 menjadi dua. Potongan bagian kanan tidak berlaku dan potongan sebalah kiri berlaku dengan nilai hanya setengahnya. Dan rupiah pun didevaluasi dari Rp 11,40 per US$ menjadi Rp 45 per US$. Artinya harga emas naik dari Rp 13 per gram menjadi Rp 51 per gram. Pada waktu itu keadaan jadi heboh. Pengumuman sanering (pengguntingan uang) ini dilakukan melalui radio dan pada saat itu tidak banyak yang memiliki radio. Sehingga mereka yang tahu kemudian berbondong-bondong memborong barang. Yang kasihan adalah para pedagang, karena barang dagangannya habis, tetapi ketika mereka hendak melakukan kulakan uang yang diperolehnya sudah turun harganya. Modalnya susut banyak. Tetapi, bukan hanya pedagang yang rugi, tetapi semua orang yang memiliki uang. Nilai uang susut paling tidak 50% dalam sekejap saja.

Antara tahun 1950 sampai tahun 1959, walaupun Bank Indonesia melakukan pembantaian terhadap para pedagang, penabung, pemilik uang di tahun 1950, tetapi kalau saya lihat, Indonesia masih tergolong makmur, dibanding dengan kondisi sekarang, jaman reformasi. Indikator saya ialah banyaknya mahasiswa yang berani berkeluarga dan punya anak pada saat mereka masih kuliah. Pada jaman reformasi ini, untuk berkeluarga, seorang mahasiswa harus lulus dan bekerja beberapa tahun dulu. Artinya, dulu lebih makmur dari sekarang dan indikasinya adalah banyak mahasiswa bisa bekerja dan memperoleh penghasilan yang bisa menghidupi keluarga.

Masa ORI dan Perang Kemerdekaan – Merdeka Mencetak Uang Semaunya
Masa yang paling kacau adalah mulai dari pendudukan Jepang sampai masa perang kemerdekaan. Terlalu banyak otoritas keuangan (baca: Bank Sentral). Bermacam-macam uang dikeluarkan selama periode ini. Dari uang pendudukan Jepang yang dikeluarkan beberapa bank, uang NICA (pendudukan Belanda), uang daerah Sumatra Utara, Banten, Jambi, dan deret lagi di daerah repupblik. Bahkan di Yogya ada paling tidak dua jenis, yaitu yang dikeluarkan oleh Pakualaman dan oleh Kraton Yogya. Kita bicara saja uang republik yang paling resmi yaitu ORI – Oeang Republik Indonesia, walaupun sebenarnya uang-uang lainnya berlaku (kecuali uang pendudukan Jepang yang ditarik pada tahun 1946). Ketika ORI dikeluarkan dengan dektrit no 19 tahun 1946 pada tanggal 25 Oktober 1946 mempunyai nilai tukar terhadap uang sejati (emas) Rp 2 = 1 gram emas. Jadi Rp 1 ORI pada saat dikeluarkan punya nilai dan daya beli setara dengan Rp 100.000 uang sekarang (tahun 2007).

Pada saat dikeluarkannya, mungkin bank sentral republik waktu itu masih naif, (mungkin juga tidak) mereka membagikan Rp 1 kepada setiap warga negara, anak-anak, pemuda, orang tua, semua dapat bagian. Mertua saya menceritakan betapa senang dia mendapat uang itu bagai mendapat durian runtuh. Dia pakai untuk jajan. Awalnya uang Rp 1 ORI bisa dipakai untuk beli nasi dan lauk pauknya beberapa porsi. Setelah beberapa hari pedagang menaikkan harga-harga. Tindakan para pedagang bisa dimaklumi karena uang tidak enak dan tidak mengenyangkan, lain halnya dengan makanan atau pakaian yang mempunyai manfaat yang nyata.

Saya katakan jaman itu sebagai jaman kebebasan mencetak uang, contohnya ialah, pada tahun 1946 pecahan terbesar adalah Rp 100. Tahun 1947 pecahan terbesar naik menjadi Rp 250, kemudian dicetak lagi Rp 400 pada tahun 1948. Tidak hanya itu, banyak daerah seperti Sumatra Utara, Jambi, Banten, Palembang, Aceh, Lampung dan entah mana lagi juga mengeluarkan uangnya sendiri. Bahkan, kata mertua saya, di Jogya, ada dua uang daerah, yaitu yang dikeluarkan oleh Pakualaman dan yang dikeluarkan Keraton Jogya. Tidak heran kalau harga-harga tidak terkendali. Sebagai patokan, pada saat ORI dikeluarkan, nilai tukarnya terhadap uang sejati (emas) 1gr emas = Rp 2 dan setelah gunting Sjafruddin diberlakukan 1 gr emas = Rp 51 hanya dalam kurun waktu 4 tahun.

Masa Jaman Nornal
Nama resminya yang diberikan oleh para penulis buku sejarah adalah jaman penjajahan Belanda. Sedangkan oleh kakek nenek yang berumur di atas 80 tahun, jaman itu disebut jaman normal, terutama pada periode sebelum tahun 1930an. Bisa dimengerti bahwa para penulis buku sejarah yang direstui oleh pemerintah memberi nama yang berkonotasi negatif, karena untuk mendiskreditkan pemerintahan yang lalu (Belanda). Dan Belanda yang tidak ikut menyusun buku sejarah Indonesia, tidak bisa membela diri. Seperti halnya dengan kata Orde Lama, bernada negatif karena nama itu adalah pemberian pemerintahan berikutnya (Orba) dan pada saat penulisan sejarah itu politikus Orla sudah disingkirkan habis-habisan pada saat pergantian rejim. Berbeda halnya dengan jaman Reformasi, walaupun ada pergantian rejim, nama Orba masih dipakai karena masih banyak anasir-anasir Orba yang bercokol di dalam Orde Reformasi. Jadi sulit nama Orba ditukar menjadi Orde Lepas Landas Nyungsep, atau nama yang konotasi negatif lainnya.

Jaman penjajahan Belanda walaupun nama resminya berkonotasi negatif, kakek nenek kita menyebutnya dengan nama yang megah yaitu Jaman Normal. Seakan-akan Jaman Revolusi, Jaman Sukarno atau Jaman Orba, tidak bisa dikategorikan sebagai jaman yang normal. Memang demikian. Ciri Jaman Normal menurut mereka ialah harga barang tidak beranjak kemana-mana alias tetap. Hanya bapak yang kerja dan bisa menghidupi anak sampai 12 dan istri. Cukup sandang dan pangan. Gaji 1 bulan bisa dipakai foya-foya 40 hari (artinya tanpa harus menghemat, mereka masih bisa menabung). Dibandingkan dengan kondisi sekarang, ibu dan bapak bekerja untuk membiayai rumah dengan anak 2 orang dan masih mengeluhkan gaji yang pas-pasan.

Merasa masih penasaran dengan tingkat kemakmuran masa itu, saya tanyakan kepada mertua, berapa harga rumah dan makan dengan lauk yang wajar. Harga rumah di Kali Urang 1000 Gulden. Makan nasi dengan lauk, sayur dan minum 0,5 sen. Dengan kata lain harga rumah dulu adalah setara dengan 200.000 porsi nasi rames. Kalau sekarang harga nasi rames Rp 10.000 dan dianggap bahwa harga rumah yang bagus di Kali Urang setara dengan 200.000 porsi nasi rames, maka harga sekarang adalah Rp 2 milyar. Kira-kira itulah harga rumah yang bagus di daerah itu. Jadi kalau rata-rata 1 keluarga terdiri dari 2 orang tua dan 10 orang anak dan bisa makan foya-foya selama 40 hari, pasti penghasilannya setara dengan 4,8 juta sampai 14,4 juta lebih, karena faktor foya-foya harus diperhitungkan. Ayah dari mertua saya adalah guru bantu. Gajinya 50 gulden per bulan atau setara dengan 10.000 porsi nasi rames. Jumlah ini mempunyai daya beli setara dengan Rp 100 juta per bulan uang 2007 (nasi rames Rp 10.000 per porsi). Dengan penghasilan seperti itu, istri tidak perlu kerja.

Gaji pembantu waktu itu 75 sen per bulan atau setara dengan 150 porsi nasi rames. Berarti berdaya beli setara dengan Rp 1,5 juta uang saat ini.

Kita bisa telusuri terus gaji-gaji berbagai profesi pada masa itu. Kesimpulannya bahwa daya beli waktu itu tinggi. Jadi tidak heran kalau jaman penjajahan dulu disebut jaman normal (artinya jaman lainnya tidak normal).

Catatan Akhir dan Renungan
Kalau ditanyakan mengenai kemakmuran kepada pelaku ekonomi, selama 80 tahun terakhir, yang disebut Indonesia atau dulunya Hindia Belanda, tidak semakin makmur bahkan sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi yang spektakuler yang dilaporkan data-data statistik mengikuti kaidah Mark Twain: There are lies, damn lies and statistics. Kalau anda merasa heran, kenapa orang percaya pada janji para politikus, kata Adolf Hitler: “Make the lie big, make it simple, keep saying it, and eventually they will believe it” (Buatlah kebohongan besar dan susunlah sesederhana mungkin, dengungkan terus dan akhirnya orang akan percaya). Setiap jaman di republik ini punya tema kebohongan. “Merdeka” dan “revolusi” jaman Sukarno, “Pembangunan”, “Lepas Landas” di jaman Suharto, dan “Demokrasi, Otonomi Daerah, Reformasi” jaman sekarang. Kalau janji demi janji didengungkan terus menerus seperti yang dilakukan Hitler dan mentri propagandanya Joseph Goebbels, orang akan percaya, kecuali orang yang berpikir dan menganalisa.

Kemakmuran tidak bisa diciptakan dengan membuat undang-undang atau aktifitas-aktifitas berpolitik. Apakah padi akan tumbuh lebih subur atau minyak sawit keluar lebih banyak karena para politikus dan birokrat bersidang lebih lama atau undang-undang bertambah banyak? Atau orang lebih banyak ikut partai politik, organisasi kedaerahan? Untuk orang berpikirnya sederhana seperti saya ini, padi hanya akan tumbuh subur, kebun hanya akan berbuah lebih banyak, pabrik hanya bisa menghasilkan sepatu yang lebih banyak dan baik kalau orang bekerja di sawah, kebun atau pabrik lebih effisien dan lebih giat. Jadi kalau selama 6 dekade trendnya bukan terfokus pada aktifitas langsung untuk menaikkan kemakmuran, maka jangan mengharapkan hasil yang berbeda. Hanya orang gila atau idiot yang mengharapkan hasil yang berbeda sementara apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya sama. Itulah sebabnya saya skeptis bahwa GDP US$ 18.000 per tahun identik dengan kemakmuran. Saya tidak yakin kemakmuran akan dicapai dalam 2-5 dekade ke depan.

Sebagai penutup, saya minta anda merenungkan: “Kenapa uang semakin lama semakin besar nilai nominalnya, banyak nol nya?” Seperti uang Bosnia (salah satu wilayah Bosnia) ini.

Pertanyaan ini akan kita bahas di bagian ke II dari seri tulisan ini.



sumber