Powered By
widgetmate.com
Sponsored By
Digital Camera

Sabtu, 28 Februari 2009

Semua rules pasti akan terpatahkan……

Dinamika market akan senantiasa mematahkan rule trading yang pernah ada… kecuali ada membuat rule trading yang tidak memungkinan seperti menetapkan range harga harian GU sebesar 10.000 point. Itupun jika Tuhan berkehendak kenapa tidak , kita tidak pernah tahu yang terjadi di kemudian hari apa….

Rules ditetapkan adalah untuk mengendalikan risk-rewards sebagai inti dari trading sebagai bentuk toleransi ( risk ) bagaimana rule tersebut terpatahkan serta manfaat jika rule berjalan sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan ( rewards ). Penetapan rules akan menghasilkan banyak hal namun pada intinya hanya tentang ENTRY-EXIT dan SL-TP sebagai inti dari sebuah system trading selebihnya dari itu rules akan mudah membuat anda tidak objektif.

Rules kebanyakan ditentukan oleh indicator baik itu single indicator , dwi maupun triple indicator sampe multi indicator. Tiap indicator memiliki acuan dan tidak mudah untuk bertemu-match dengan indi lain yang memiliki ruang hitung yang sama hal ini seringkali menimbulkan keraguan terutama dalam hal entry. Rule demi rule merangkai menjadi satu kesatuan yang kemudian kita kenal sebagai system trading.

Namun apapun itu rule atau filter bagi kita untuk entry maupun exit sesungguhnya hanya berada 2 hal yaitu :
• ENTRY-EXIT
• SL-TP

Disini jika kita menggunakan 2 indi yang tepat bagi kepentingan kita dalam 2 hal tersebut sesungguhnya kita bisa menyederhanakan system trading kita dan chart kita menjadi lebih bersih meski diakui kadang 1 indi tidak cukup sebagai filtering ketat bagi system trading kita untuk Risk-Rewards yang lebih baek.

Rules selamanya hanya rules yang hanya menunggu waktu untuk dipatahkan dan itu gunanya SL sebagai negative exit point , namun hal tersebut menurut saya bukanlah sebagai penghalang bagi trader untuk mempersiapkan backup rules terhadap porak porandanya sebuah rules yang telah ditetapkan dalam system tradingnya. Hal ini saya pahami dari system trading trader yang “seringkali” tanpa menggunakan negative exit point dimana mereka menggunakan mekanisme lain untuk mengcounter hal tersebut baik dalam bentuk teknikal trading yang sudah dikenal di umum seperti averaging maupun locking atau yang lainnya….
Pendapat mereka , toh pada akhirnya kita hanya berada diposisi “siapakah yang paling profit system tradingnya secara konsisten?” yang kadang kala susah dipahami oleh pengguna SL.

Jumat, 27 Februari 2009

Kemakmuran dan Kenyataan Sejarah bag.1-A

Imam Semar

Saya jarang membaca koran atau majalah. Paling-paling hanya headlinenya saja. Dan beberapa minggu lalu muncul hal baru yang menjadi headline berjudul Visi 2030. Intinya ialah pendapatan perkapita, GDP Indonesia akan mencapai $ 18.000 (delapan belas ribu US dollar) per tahun dan Indonesia menjadi ekonomi dunia ke 5. Kemudian heboh antara SBY dan Amin Rais dalam kasus dana sumbangan pemilihan presiden. Hal ini membuat saya tergelitik untuk menulis opini ini, sekalian untuk menyambut ulang tahun lahirnya Pancasila, yang dengungnya sudah pudar. Saya juga ingin mengungkapkan kejahatan-legal yang berkaitan dengan kemakmuran dan tidak pernah diungkapkan di media massa.

Dalam masalah kemakmuran GDP $18.000 per kapita, saya skeptis. Sebabnya ialah sepanjang hidup saya, dengan pergantian tiga (3) jaman, yaitu jaman Orde Lama Sukarno, Orde Baru Pembangunan Lepas Landas Suharto, dan jaman Reformasi Otonomi Daerah, kemakmuran tidak beranjak kemana-mana, bahkan turun. Saya juga skeptis terhadap adanya perbaikan karena pergantian kabinet yang baru saja terjadi. Hal ini karena data ekonomi mengatakan demikian dan itu akan kita lihat dalam seri tulisan ini.

Mengenai Visi 2030 butir pertama, bahwa GDP $ 18.000 per kapita mungkin bisa tercapai. Tetapi GDP $ 18.000 per kapita tidak identik dengan kemakmuran. Artinya, tingkat hidup dan tingkat kemakmuran bangsa Indonesia tidak akan beranjak kemana-mana dengan kenaikan dari $1.490 GDP per kapita saat ini ke $18.000 di tahun 2030. Sedang untuk butir kedua – ekonomi nomer 5 dunia, saya tidak yakin bisa tercapai. Saya akan jelaskan berdasarkan sejarah dan akal sehat, kenapa saya skeptis. Saya hidup di tiga (3) jaman yaitu Jaman Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba) dan Jaman Reformasi. Jadi saya betul-betul mengenal ketiga jaman itu. Jaman sebelumnya juga akan disinggung yaitu Jaman Normal (itu istilah nenek kakek kita). Tetapi dasarnya hanya cerita para orang-orang tua saja dan untuk hal ini pembaca boleh dipercaya atau tidak.

Sebelum melanjutkan kepada inti cerita, ada baiknya pembaca dikenalkan dengan jenis-jenis mata uang rupiah yang pernah beredar di republik ini dan kurs antar mata uang ini.

1. Rupiah ORI (Oeang Repoeblik Indonesia – Rp ORI)
2. Rupiah setelah Gunting Sjafruddin - GS, (Rp 5 GS = Rp 10 ORI)
3. Rupiah Orde Lama (Rp 1 Orla = Rp 10 GS)
4.Rupiah Orde Baru (Rp 1 Orba = Rp 1000 Orla)

Untuk mata uang jaman Belanda untuk mudahnya disebut rupiah kolonial, gulden. Kurs uang jaman Normal (jaman Penjajahan) tidak sederhana karena ada selingan jaman Jepang yang pendek dan kemudian ada NICA (pemerintahan Belanda pendudukan). Tetapi hal itu tidak perlu dirisaukan karena ada tolok ukur tandingan akan kita gunakan sebagai ikuran kemakmuran, yaitu uang sejati, yang disebut emas. Saya katakan uang sejati karena, jika anda beragama seperti Islam atau Kristen, maka hanya emas dan perak saja yang disebut dalam kitab suci kedua agama tersebut. Quran hanya menyebut dinar (uang emas) di surat Kahfi dan dirham (perak) di surat Yusuf. Dan fulus tidak akan pernah dijumpai di Quran. Demikian di Perjanjian Lama, akan anda jumpai banyak cerita emas dan perak sebagai uang.


Masa Sekarang – Jaman Reformasi = Jaman Jutawan Kere
Kata jutawan saat ini tidak punya konotasi kaya raya. Misalnya seorang supir taxi di Jakarta yang berpenghasilan Rp 1.100.000 Orba (terbilang: satu juta seratus ribu rupiah uang Orba) per bulan bisa disebut jutawan karena penghasilannya di atas Rp 1 juta per bulan. Kenyataannya bahwa hidupnya masih penuh dengan keluhan karena untuk makan ukuran warung Tegal saja Rp 10.000 sekali makan. Bayangkan kalau dia mempunyai istri dan 2 anak, berarti harus punya 3 x Rp 40.000 per hari untuk makan. Jangan heran jutawan ini tidak mampu makan di warung Tegal sekeluarga setiap hari. Di samping mereka harus mengeluarkan 3 x Rp 1.200.000 per bulan yang lebih besar dari penghasilannya, mereka juga punya keperluan lain seperti bayar sekolah dan sewa rumah. Untuk sewa rumah sangat sederhana sekali sampai-sampai selonjor saja sulit (RSSSSSSSSS), rumah petak ukuran 20 meter persegi saja bisa mencapai Rp 350.000, ongkos transportasi ke tempat kerja Rp 100.000 – 200.000. Jadi bisa dimengerti kalau saya sebut Jutawan Kere karena mempunyai karateristik bahwa makan harus dihemat, tinggal di rumah petak sederhana, anak tidak bisa sekolah di sekolah favorit (apalagi di universitas yang uang pangkalnya bisa mencapai puluhan juta rupiah). Dan kalau perlu istri harus kerja untuk memperoleh tambahan penghasilan keluarga.

Jaman reformasi ditandai oleh tumbangnya Orde Baru dan kobaran semangat demokratisasi, kebebasan berpolitik dan otonomi daerah. Di bidang ekonomi, baru 1 dekade setelah dimulainya era reformasi (tahun 1997 – 1998) baru muncul visi ekonomi ke depan yaitu visi 2030. Sebelumnya, mungkin politikus menciptakan presepsi bahwa ekonomi akan membaik jika jumlah anggota legislatif, team anti korupsi, dewan penasehat presiden dan pelaku politik bertambah. Ekonomi (GDP) tumbuh sekitar 3% - 7% per tahunnya dari US$ 880 per kapita menjadi US$ 1.490 (US$ 1 = Rp 9.150) antara tahun 2000 sampai 2006. Kalau dihitung dengan US$ selama 6 tahun GDP per kapita Indonesia naik 69%!!! Tetapi kenapa makin banyak yang sengsara, beban hidup semakin berat, perlu adanya pembagian beras miskin (raskin) dan operasi pasar? Harga bahan pokok dan non-pokok naik berlipat ganda kendatipun tingkat inflasi hanya sekitar 5% (tetapi pernah 17% sekali dalam kurun waktu 5 tahun itu). Dalam 5 tahun belakangan ini beras sudah naik dua kali lipat. Juga gula, jagung, gula, rumah, minyak goreng, minyak tanah, coklat, kedele, ikan asin dan sederet lagi. Kalau tolok ukurnya diganti dengan emas maka GDP per kapita tahun 2000 adalah 99 gram emas turun menjadi 71 gram emas. Emas naik dari Rp 100.000 per gram di tahun 2000 menjadi Rp 200.000 per gram di tahun 2007. Dalam ukuran emas, GDP per kapita Indonesia turun 29%!. Kalau kita percaya bahwa emas mempunyai korelasi dengan harga barang maka wajar kalau kualitas hidup, kualitas kemakmuran turun 29%.

Lalu bagaimana dengan angka-angka statistik yang mengatakan bahwa inflasi Indonesia hanya sekitar 5%? Tanyakan saja pada yang membuat statistik. Tetapi Mark Twain mengatakan: “There are lies, damn lies and statistics” – Ada tipuan, ada tipuan canggih dan ada statistik. Pembaca akan melihat lebih banyak lagi dalam tulisan ini bukti-bukti statistik yang tidak lain kebohongan canggih. Kata-kata Mark Twain ini menjadi nyata kalau kita melihat pertumbuhan ekonomi di jaman Orba.


Masa Orde Baru – Jaman Pelita, Tinggal Landas dan Nyungsep
Secara sederhana jaman Orba bisa disebut jaman dimana harga-harga tinggal landas dan ekonomi akhirnya nyungsep. Mulainya Orde Baru (Orba) ditandai dengan beberapa hal penting dibidang keuangan dan pembangunan. Di bidang moneter, uang Orla dihapuskan dan Rp 1000 (Orla) menjadi Rp 1 (Orba) pada bulan Desember 1965. Sebabnya (mungkin) untuk mempertahankan arti kata jutawan. Seorang jutawan seharusnya mempunyai status sosial/ekonomi yang tinggi di masyarakat. Tetapi pada saat itu mengalami penggerusan makna. Untuk menggambarkan situasinya, tahun 1964 uang Rp 1000 (Orla) bisa untuk hidup sekeluarga 1 hari. Tetapi tahun 1967 uang itu hanya bisa untuk beli sebungkus kwaci. Sulit bagi orang awam untuk menerima kenyataan yang sudah berubah dalam waktu yang demikian singkat. Seorang jutawan tadinya berarti kaya raya berubah maknanya menjadi pemilik 1000 bungkus kwaci. Hal ini hanya berlangsung dalam kurun waktu 3 tahun dari tahun 1964 sampai 1967, cepat sekali.

Pemotongan nilai nominal dari Rp 1000 (Orla) ke Rp 1 (Orba) bisa juga dikarenakan gambar Sukarno pada design uang Orla itu sudah membosankan. Itu hanya rekaan saya saja. Yang tahu pastinya hanya para pejabat di Bank Indonesia pada saat itu.

Awal dari Orba, mahasiswa melakukan tuntutan yang dikenal dengan Tritura (tiga tuntutan rakyat) yaitu Bubarkan PKI, Bentuk kabinet baru dan Turunkan harga. Untuk membubarkan PKI dan membentuk kabinet sangat mudah. Tetapi untuk menurunkan harga? Tidak pernah terjadi sampai Orba tumbang 3.5 dekade kemudian. Bahkan walaupun beberapa mentri yang duduk di kabinet Orba selama beberapa masa bakti dulunya adalah aktifis mahasiswa yang meneriakkan Tritura, harga-harga tidak pernah turun. Itu fakta. Saya tidak tahu apakah mereka lupa atau tuntutan itu tidak penting bagi.

Pembangunan di jaman Orba direncanakan melalui tahapan 5 tahun yang dikenal dengan Pembangunan Lima Tahun atau Pelita. Pertumbuhan ekonomi melesat, 7% - 10% katanya. Karena tingginya angka pertumbuhan itu, maka menjelang pertengahan dekade 90an, mulai dihembuskan istilah tinggal landas, swasembada pangan, sawah sejuta hektar dan entah apa lagi. Tetapi tidak lama kemudian pada tahun 1997-1998, mungkin karena keberatan beban, pada saat tinggal landas, terpaksa nyungsep, import pangan, kurang pangan dan nasib sawah sejuta hektar entah bagaimana.

GDP pada awal Orde Baru (katakanlah menjelang tahun 1970) adalah $ 70 per kapita. Pada saat Orde Baru digantikan Orde Reformasi GDP Indonesia menjadi $ 880 per kapita (tahun 2000). Jadi selama 30 tahun naik 12,6 kali lipat!!! Hebat?? (dengan tanda tanya). Saya pertanyakan pujian untuk Orde Baru karena selama 30 tahun itu keluarga saya, tetangga saya, handai taulan tidak bertabah kemakmurannya sebanyak 12,6 kali lipat. Dua kali lipat pun tidak. Bagaimana mungkin lebih makmur kalau pada awal Orba tarif bus dalam kota di Jakarta adalah Rp 15 dan pada akhir Orba Rp 1000, naik 7500%!! (Sekarang, 10 tahun kemudian sudah Rp 2500).
Mungkin anda membantah bahwa rupiah tidak bisa dijadikan ukuran. Oleh sebab itu kita gunakan tolok ukur uang yang tidak ada tanda tangan gubernur bank sentral, yaitu emas. Tahun 1970 harga emas adalah $35/oz atau $1.13/gram. Jadi dalam emas, GDP Indonesia adalah 79 gram per kapita. Sedangkan 30 tahun kemudian, tahun 2000 beranjak ke 99 gram per kapita. Hanya 25% selama 30 tahun. Lalu bagaimana dengan pertumbuhan super selama 30 tahun itu? Kok cuma 25% saja? Itulah statistik, bentuk tipuan yang canggih, seperti kata Mark Twain.

Catatan: Tidak hanya rupiah yang tergerus nilainya tetapi juga US dollar!

sumber

Rabu, 25 Februari 2009

Bill Gates: Ekonomi AS akan pulih setelah 10 tahun kedepan

Pendiri Microsoft yang juga jutawan asal Amerika Serikat, Bill Gates, memprediksi bahwa Amerika membutuhkan waktu 10 tahun untuk memperbaiki perekonomian dari terpaan badai krisis yang sedang terjadi.

“Pasar uang dan kondisi perekonomian yang berkembang sepanjang tahun ini tidak pernah terjadi sebelumnya,” demikian pernyataan Gates dalam tulisannya di surat tahunan pertama, seperti dikutip AFP, Selasa (27/1/2009).

“Saya berharap saat saya menulis pandangan saya dalam laporan yang sama pada dua tahun mendatang, saya bisa memandang bahwa ini merupakan refleksi jangka pendek dan sudah terlewati,” tambahnya lagi.

Menurutnya, faktor inovasi teknologi dan sektor ilmiah dianggap bisa sebagai penggerak utama dalam proses pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. “Berbagai inovasi yang tengah diciptakan bisa membawa kemajuan nyata dalam memecahkan masalah besar, dan akan membantu memperbaiki dan menyegarkan kembali ekonomi dunia,” kata Gates

Milioner ini merasa terilhami untuk menulis surat tahunan bagi Yayasan miliknya dan istrinya, Bill and Melinda Fondation, yang berdiri pada 1994.

“Dalam waktu dekat, Warren Buffet akan membuat keajaiban,” tuturnya, sambil menambahkan orang kaya papan atas di Amerika ini akan memberikan hibah bagi yayasannya.

Yayasan Gates berperan dalam memberantas kematian masa kecil, memperbaiki pertanian global dan pendidikan di Amerika Serikat, dan perkelahian polio, AIDS dan malaria.

“Saya cukup mujur mengumpulkan kekayaan yang masuk ke yayasan karena saya mendapat pendidikan luar biasa dan dilahirkan di Amerika Serikat, di mana inovasi dan pengambilan risiko dihargai,” kata Gates pada bagian suratnya tentang pendidikan di Amerika Serikat. (Okezone)

Kamis, 19 Februari 2009

Sederhana dalam bertrading dan berpikiran jernih ……

Dulu ketika awal mengenal trade , seorang menyarankan agar senantiasa berpikir sederhana dan memahami dunia trading tidak usah muluk-muluk karena dunia trading bisa dipahami dari hal sederhana tanpa menafikan banyak komponen rumit yang perlu dipertimbangkan.

Pengetahuan seseorang dalam bertrading tidak datang tiba-tiba semua diawali oleh langkah-langkah kecil yang berisi kesalahpahaman , kesok-tahuan , kebingungan , kebimbangan , ketakutan hingga menjelma optimis yang berlebihan sampe semua itu kembali ke sebuah titik kesederhanaan. Fase kesalahpahaman dan kesok-tahuan adalah fase penyakit semua trader , disana trader mengalami penyaringan untuk menjadi besar atau pecundang… saya kira hal ini sangat mudah kita temui dibanyak forum luar dan dalam negeri atau dimedia komunitas lainnya.

Dia juga pernah mengatakan bahwa melihat keahlian seseorang dalam trading bukan di kerumitan apa yang dinyatakan dalam tradingnya , bukan di kecanggihan perangkat indi maupun tools lain yang digunakannya namun lebih dari sebuah pengalaman yang diisi oleh intuisi dan hal itu tidak ada dalam buku yang seringkali mewujudkan system trading yang sederhana. Orang yang paham fibo belum tentu dia akan selalu menggunakan fibo dalam chartnya demikian mereka yang menguasai elliot namun tidak sedikit pula yang berwaktu-waktu berkutat di crash-rule indicator-indikator yang diyakini sebagai filter terbaik sampe akhirnya semua itu dilepasnya kembali.

Ada sisi trading yang bersifat personal yang tidak akan pernah bisa dipahami orang lain karena setiap trader melihat market berdasarkan pengalaman yang dimilikinya tidak sekedar teksbook karena disana ada persepsi pribadi. Pengalaman bisa jadi seragam bagi semua trader menyangkut perilaku psikologi pasar terutama dalam kaidah wilayah teknikal namun dalam menganalisis dan mengambil tindakan tidak semua sama. Disinilah kenapa system trading berbeda satu sama lain…. Sudut pandang yang berbeda menghasilkan cara bertrading yang berbeda pula.

Saya pribadi lebih senang bertrading secara sederhana karena apapun itu chart ya itu-itu aja semua memiliki titik keseimbangan masing-masing oleh sebab itu dibuatkannya batas-batas resistensi maupun support dan ribuan indicator yang intinya hanya memprediksi letak keseimbangan itu berada… Bukan menjadi masalah jika kesederhanaan tersebut karena keterbatasan kemampuan kita karena itu memang kenyataan yang kita miliki namun kesederhanaan setidaknya membuat kita hemat energi , kesederhanaan biasanya lebih membuat kita berpikir realistis ketimbang kerumitan akibat rule dari indicator yang beranekaragam.

Toh semua system trading memiliki kaidah masing-masing dalam hal SL , TP , entry , exit dsb… dan saya kira apapun bagusnya system trading justru tidak terletak di kerumitan memahami pasar melalui chart melainkan bergantung pemahaman kita sendiri tentang market karena system trading adalah manifestasi pandangan dan pemikiran kita tentang market itu sendiri. Rumitnya bertrading mengindikasikan rumitnya pikiran anda terhadap market (meski tidak selalu begitu ) namun apapun itu setiap trader tidak akan pernah tahu 1 detik kedepan harga akan bergerak kemana. Artinya serumit apapun anda menilai market tetap saja tidak membuat anda tahu market akan kemana…. Kerumitan sesungguhnya terletak dimana anda meletakkan semua kaidah system trading yang anda anut namun bisa jadi sekedar bentuk ketakutan atau over filtering yang berlebihan terhadap resiko meski hal tersebut adalah yang terbaik tapi konskuensi crash-rule dari indi adalah sebuah biaya bagi saya. Biaya atas tidak terlihatnya kesempatan yang sesungguhnya bisa dilihat akibat terhalang oleh kerumitan.

So mari bertrading dengan keterbatasan kita tanpa harus merumitkan diri dalam aneka ragam rencana yang sesungguhnya bisa kita sederhanakan jika kita melihat secara lebih sederhana tanpa mempengaruhi kualitas analisa kita terutama dalam sisi fundamental karena kita butuh pikiran jernih untuk menganalisa sesuatu yang kudu kita analisa ketika semua rule terpatahkan oleh waktu.

Minggu, 15 Februari 2009

Dollar Diprediksi Masih Positif; Kondusifnya Perdagangan Global

Oleh: Joko Praytno

(Vibiznews - FX) - Persetujuan pihak Kongres AS dalam mengesahkan rencana kebijakan paket stimulus perekonomian AS beberapa hari yang lalu telah memberikan ketenangan bagi para pelaku pasar. Kondisi kekhawatiran mengenai spekulasi penundaan kebijakan tersebut sempat menguak di awal-awal pekan ini. Apalagi sempat tersirat kabar bahwa kubu Partai Republik berusaha untuk menjegal rancangan kebijakan yang diusung oleh kabinet ekonomi Presiden Obama ini. Alhasil setelah mengalami voting di Kongres, telah didapat suara mayoritas yang mendukung kebijakan tersebut.

Dampak positif dari disahkannya kebijakan tersebut langsung memberikan dorongan kepada dollar terhadap mata uang mayoritas, seperti euro dan pounds. Padahal sebelum kebijakan ini disahkan, pergerakan dollar sempat sedikit tertekan diawal-awal pekan akibat adanya isu bahwa pihak legislatif kurang menyetujui langkah yang dilakukan oleh kabinet ekonomi Obama. Mereka menilai bahwa dengan dana stimulus yang sebesar 827 miliar dollar akan semakin menguras keuangan negara, bahkan tidak menutup kemungkinan negara akan manjukan proposal pinjaman dana kepada pihak lain.

Untuk pergerakan dollar pada pekan ini masih bergerak positif seiring telah usainya tren positif yang dimiliki oleh pounds maupun euro. Pounds mengakhir tren positifnya awal pekan ini akibat pernyataan yang dilontarkan oleh Gubernur BoE, Mervyn King yang menyatakan bahwa resesi yang dialami oleh Inggris akan berlangsung lama dan membutuhkan waktu pemulihan hingga tahun depan. Selain itu, King juga menjelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan BoE akan memangkas suku bunga hingga mendekati 0% pada tahun ini.

Sedangkan terhadap euro, dollar cenderung mendapatkan keuntungan dari negatifnya laporan ekonomi seperti permohonan penangguhan utang-utang bank swasta yang ada di Rusia, selain masih buruknya data-data ekonomi seperti turunnya outpu sektor industri negara-negara Eropa.

Tren positif yang dimiliki oleh dollar tersebut memperlihatkan bahwa mata uang AS tersebut masih menjadi pilihan utama bagi para investor seiring masih kecilnya resiko yang dimiliki oleh dollar. Masih dirilisnya data-data ekonomi Eropa pekan depan dapat menjadi sisi keuntungan bagi pergerakan dollar.

Pekan depan rencananya ada beberapa data ekonomi yang akan dirilis seperti data sentimen ekonomi Eropa dan inflasi Inggris. Kedua data tersebut diprediksi memberikan pergerakan yang positif. Menguatnya sentimen ekonomi di Eropa diperkirakan disebabkan oleh mulai merambatnya dampak dari kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah negara-negara Eropa dalam mengatasi krisis.

Sedangkan para pelaku pasar terutama di AS pada pekan depan akan terfokus pada laporan data PPI dan CPI, selain laporan hasil pertemuan bulanan para anggota Fed. Data CPI & PPI diprediksi akan masih menunjukan penurunan. Para investor diperkirakan pada pekan depan masih akan berharap terhadap realisasi pengucuran paket stimulus ekonomi yang telah disetujui oleh Kongres AS. Apalagi pada akhir pekan ini negara-negara G7 kembali akan mengadakan pertemuan guna membahas berbagai masalah ekonomi. Diharapkan pertemuan tersebut dapat menghasilkan keputusan yang dapat memberikan situasi yang kondusif bagi perdagangan.

Menurut analisa dari Divisi Vibiz Research di Vibiz Consulting pergerakan dollar terhadap mata uang mayoritas pada pekan depan masih akan berpeluang untuk menguat meski masih dalam teritori pergerakan yang tidak terlalu signifikan.
sumber

Selasa, 10 Februari 2009

Apa yang bisa kita pelajari dari investor besar………..

Jika kita amati dari sejarah mereka ternyata mereka mencapainya dengan keringat dan pengorbanan yang tidak mengenal batas waktu. Hidup mereka di dedikasikan dalam dunia investasi dengan terus mengeksplorasi terus menerus apa yang terjadi di market.

Waktu memang dikenal sebagai obatnya jaman…… semua kebodohan dan ketidaktahuan akan dengan sendirinya terkikis bersama berlalunya waktu. Perlahan seseorang dari awal yang tidak tahu sedikit demi sedikit menjadi tahu dan paham … dan semua membutuhkan waktu.

Mungkin hal ini yang seharusnya di pahami dengan segera oleh mereka yang baru mengenal dunia trading bahwa yang sesungguhnya mereka butuhkan adalah waktu. Sebodoh apapun orang itu lambat laun akan mengerti kecuali memang ada kelain otak…he he he….

Orang dikatakan pintar hanya karena dia tahu lebih dahulu dan ingat sedangkan orang cerdik adalah orang yang cepat mengantisipasi apa yang dihadapinya meski minim pengetahuan akannya. Seorang trader untuk menjadi pintar pasti membutuhkan waktu namun untuk menjadi cerdik adalah sikap hidup dan kedewasaan diri.

Dalam trading kita tidak saja membutuhkan kepintaran alias waktu yang panjang untuk belajar namun juga cerdik dalam menyikapi apa yang terjadi namun sayang pelajaran agar menjadi cerdik sangat minim. Malah yang ada pembodohan demi pembodohan muncul tiap hari dengan mengiming-imingi calon korbannya dengan mimpi… namun patut disayangkan jika hasil dari membodohi orang tersebut masuk dalam perut anak dan istrinya…….

Menurut saya tidak ada yang salah dalam system trading seseorang karena masing-masing orang memiliki cara pandang , permasalahan terletak di hasil akhir dan cara mengatasi diri serta kemampuan untuk terus menerus menyempurnakan. Dan hal itu butuh lebih dari waktu 2 tahun…. karena pengalaman kita butuhkan untuk mencapai hal itu semua.